Tradisi Menyambut Ramadan

Kompleks Pemakaman Gunungpring Magelang Ramai Dipadati Peziarah

Ribuan masyarakat dari berbagai daerah melakukan ziarah ke Makam Gunungpring untuk mendoakan arwah leluhur sebelum memasuki bulan Ramadan.

Featured-Image
Pintu masuk utama makam Kyai Raden Santri Gunungpring Magelang ramai dipadati peziarah, Minggu (19/3). (Foto: apahabar.com/Arimbi Haryas)

Para pengunjung yang datang biasanya duduk di sekitar makam-makam tersebut dan membaca dzikir serta Surah Yasin berulang-ulang.

Sementara itu, seorang pengunjung dari Banjarnegara, Reza (45) mengatakan, dirinya bersama rombongan satu dusun datang khusus ke Makam Gunungpring untuk berziarah.

"Sudah tradisi, sebelum Ramadan melakukan ziarah, untuk menghormati leluhur dan mengirim doa, bonusnya jalan-jalan," ujarnya.

Kepada bakabar.com, pria yang sehari-hari bekerja sebagai petani kentang itu bahkan rela menempuh 3 jam lebih perjalanan untuk ziarah ke makan Gunungpring.

Baca Juga: Sambut Ramadan, Warga Cungking Banyuwangi Gelar 'Resik Lawon'

"Ini pertama kalinya, tahun lalu (2022) dusun kami ziarahnya ke Kudus, jadi kalau yang di Magelang baru hari ini," katanya.

Reza mengatakan kesan yang ia dapat saat ziarah ke makam tersebut adalah suasana syahdu meski sekitar tempatnya berdoa ramai.

"Wajar, karena kalau ruwah pengunjungnya memang membeludak," katanya.

Mengenal Raden Santri

Fauzan menuturkan, Kyai Raden Santri alias Pangeran Singosari adalah putra dari Ki Ageng Pemanahan dengan garwo ampil atau selir.

"Maka, dengan kata lain, Raden Santri adalah saudara tiri Panembahan Senopati, raja Mataram Islam pertama di Jawa," ujarnya.

Meskipun lahir dari istri selir, sambung Fauzan, Kyai Raden Santri mempunyai peranan yang cukup besar di kerajaan maupun di masyarakat.

Makam Kyai Raden Santri Gunungpring Magelang ramai dipadati peziarah, Minggu (19/3). (Foto: bakabar.com/Arimbi)
Makam Kyai Raden Santri Gunungpring Magelang ramai dipadati peziarah, Minggu (19/3). (Foto: bakabar.com/Arimbi Haryas)

Pasalnya, Kyai Raden Santri akrab dengan Sutawijaya atau Panembahan Senopati di awal perkembangannya dan melakukan perluasan wilayah dan Kyai Raden Santri sebagai panglima perang Kerajaan Mataram.

"Namun, secara perlahan Kyai Raden Santri bosan di kerajaan dan pamit kepada Sutawijaya untuk mengembara," katanya kepada bakabar.com.

Hingga pada 1660 M Kyai Raden Santri sampai di Dusun Santren, Muntilan, Magelang, Jawa Tengah dan tinggal dan menetap.

Di sana dia lebih akrab dengan panggilan Kyai daripada Pangeran Singosari, karena kedatangannya untuk berdakwah, banyak masyarakat yang tidak tahu bahwa ia adalah pangeran dari Kerajaan Mataram Islam. Sisa umur hidupnya ia gunakan untuk berdakwah dan mendekatkan diri kepada Allah.

Oleh karena itu setelah Raden Santri meninggal (1810 M), makamnya yang berada di Gunungpring masih kerap diziarahi.

HALAMAN
123
Editor
Komentar
Banner
Banner