bakabar.com, MARABAHAN – Tak pernah kehilangan posisi teratas dalam setiap fase, Kodok Sambur Marabahan mendominasi di Kejuaraan Terbuka Perahu Naga Barito Kuala 2019. Ajang ini digelar di Sungai Barito Marabahan, Kamis (29/8).
Start dari Siring Marabahan, kejuaraan ini diikuti 16 tim yang bertanding di kategori 10 putra dan mix. Khusus nomor terakhir, baru sekarang dipertandingkan di level kejuaraan daerah.
Sebagai tuan rumah, Barito Kuala mengirimkan peserta terbanyak untuk menghadapi perwakilan Banjarmasin, Banjar dan Tapin.
Dari sekian duta tuan rumah, Kodok Sambur B mendominasi kategori mix. Diperkuat 4 pedayung putri dan 6 pedayung putra, mereka finish terdepan di final dengan catatan waktu 1:30,70 menit.
PODSI Banjarmasin menyusul di peringkat kedua dengan catatan waktu 1:32,15 menit. Sedangkan PODSI Banjar terpaut cukup jauh di urutan ketiga lewat torehan waktu 1:38,10 menit.
Hingga final yang berlangsung sejak pukul 16.30 Wita, Kodok Sambur B tidak pernah kehilangan posisi terdepan. Justru catatan waktu mereka terus meningkat sejak penyisihan.
Kodok Sambur A yang yang bertanding di kategori putra 10, juga tidak mau kalah. Terlebih mereka diperkuat sejumlah pedayung yang dipersiapkan mewakili Kalimantan Selatan ke kualifikasi PON 2020.
Pun final 10 putra berlangsung seru, mengingat Banjarmasin juga memiliki beberapa pedayung persiapan kualifikasi PON 2020.
Namun kebiasaan berlatih di Sungai Barito menjadi senjata pamungkas Kodok Sambur A. Finish terdepan dengan catatan waktu 1:11,78 menit, mereka unggul 2 detik atas Banjarmasin di peringkat kedua.
Sementara dengan Banjar yang finish ketiga, Kodok Sambur A unggul hingga 4 detik. Kemenangan itu menyempurnakan penampilan mereka sejak penyisihan hingga semifinal.
1:11,78 menit juga menjadi catatan waktu overall terbaik di antara semua peserta. Sebelumnya di semifinal, Kodok Sambur A membukukan 1:20,70 menit, serta 1:30,32 menit di penyisihan.
Memenangi kategori 10 putra, Kodok Sambur A berhak atas uang pembinaan sebesar Rp10 juta. Sementara Kodok Sambur B di kategori mix, berhak atas uang pembinaan Rp7 juta.
“Kami bersyukur dan puas atas hasil ini. Terlebih atlet yang diturunkan merupakan siswa Pusat Pendidikan Latihan Pelajar Daerah (PPLPD) Batola dan Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Kalsel,” papar Agus Irawan, salah seorang pelatih dayung Batola.
“Kebetulan kami diamanahi Dinas Pemuda Olahraga (Dispora) Kalsel untuk mengelola PPLP. Mayoritas pedayung Batola, mereka digenjot jangka panjang untuk berbagai kejuaraan,” imbuhnya.
Sedianya kejuaraan ini berluang lingkup regional. Namun kemudian dipersempit, lantaran keterbatasan waktu persiapan dan keraguan terhadap kondisi lintasan.
Ditandingkan di perairan terbuka, jadwal lomba berbarengan dengan jam padat lalu lintas di Sungai Barito. Selain kelotok warga, tongkang batu bara juga lalu lalang hampir setiap jam.
“Persiapan ideal untuk lomba berskala regional sekitar tiga bulan. Faktanya kami hanya memiliki 10 hari untuk persiapan event ini,” papar Ahmad Wahyuni, Ketua Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PODSI) Batola.
Namun kedepan PODSI Batola menjanjikan event yang lebih besar, terutama kalau problem lintasan dapat diatasi.
“Solusi untuk lintasan yang dapat diambil adalah memberlakukan sistem buka tutup sungai. Polres Batola pun dipastikan bersedia membantu,” sahut Rahmadian Noor, Wakil Bupati Batola.
“Sementara hanya itu yang dapat dilakukan, karena kami sedang memikirkan upaya membuat lintasan khusus dayung berskala nasional hingga bahkan internasional,” tandasnya.
Baca Juga: Isyarat Djanur Terkait Nasib Bruno dan Campos di Barito
Baca Juga: Djanur Kesulitan Cari Bek Sayap