DPRD Kalsel

DPRD Kalsel Soroti Daun Padi Menguning di Batola, Petani Diimbau Tidak Asal Pupuk

Daun padi yang menguning di sejumlah lahan pertanian Kabupaten Batola mendapat sorotan serius dari anggota Komisi II DPRD Kalsel.

Featured-Image
anggota Komisi II DPRD Kalsel, H. Taufik Rahman. Foto: Humas

bakabar.com, BANJARMASIN – Permasalahan daun padi yang menguning di sejumlah lahan pertanian Kabupaten Barito Kuala (Batola) mendapat sorotan serius dari anggota Komisi II DPRD Kalsel, H Taufik Rahman.

Ia menegaskan pentingnya identifikasi dini terhadap penyebab gejala tersebut serta penerapan pemupukan yang tepat guna mencegah kerugian yang lebih besar bagi petani.

“Secara umum, ada dua penyebab utama daun padi menguning, yakni kekurangan nutrisi seperti unsur hara nitrogen (N), fosfor (P), atau kalium (K), serta serangan hama atau penyakit,” ujarnya, Selasa (25/6).

Menurut Taufik, gejala menguningnya daun tidak selalu berarti kekurangan pupuk. Diperlukan pemeriksaan mendalam untuk memastikan penyebab pastinya, mengingat fase vegetatif sangat krusial bagi pertumbuhan padi.

“Secara ilmiah, hama seperti wereng coklat, serta penyakit blas dan bakteri daun, juga dapat menyebabkan daun padi menguning. Bila tidak ditangani, bisa mengakibatkan kerusakan serius,” jelasnya, Rabu (25/6).

Ia menjelaskan bahwa sistem pemupukan di Batola umumnya menggunakan kombinasi Urea (nitrogen), SP-36 (fosfor), dan KCl (kalium), yang berperan penting dalam pertumbuhan tanaman padi hingga ketahanannya terhadap penyakit.

Adapun dosis yang umum digunakan:

Pemupukan dasar (awal tanam): Urea 75 kg/ha, SP-36 100 kg/ha, KCl 50 kg/ha

Pemupukan kedua (21 hari setelah tanam): Urea 150 kg/ha

Pemupukan ketiga (42 hari setelah tanam): Urea 75 kg/ha, KCl 50 kg/ha

"Jangan asal tabur pupuk. Harus disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan kondisi tanah. Pemupukan yang tidak tepat justru bisa memperburuk kondisi,” tegas legislator dari Fraksi PKS ini.

Ia juga mengimbau agar para petani aktif berkonsultasi dengan penyuluh pertanian jika menemukan gejala semacam ini. Selain itu, ia mendorong pemerintah daerah melalui dinas terkait untuk lebih proaktif dalam pendampingan dan edukasi menjelang masa panen.

“Identifikasi penyebab adalah langkah awal yang krusial. Setelah itu baru bisa diputuskan apakah dibutuhkan pemupukan tambahan atau pengendalian hama,” tutup Taufik.

Editor


Komentar
Banner
Banner