Blok Masela

Kisruh Blok Masela, Pengamat: Rugikan Pemerintah dan Shell

Menteri ESDM Arifin Tasrif  kesal, lantaran Shell karena tak kunjung melepas hak partisipasi di Blok Masela.

Featured-Image
Menteri ESDM Arifin Tasrif menyebut, Indonesia dirugikan karena Blok Masela tak kunjung digarap. Dia lalu menyebut, Shell mundur tapi tidak tanggung jawab. Foto: idxchannel.com

bakabar.com, JAKARTA - Menteri ESDM Arifin Tasrif kesal, lantaran Shell karena tak kunjung melepas hak partisipasi di Blok Masela. Saat ini, Shell tengah bernegosiasi dengan PT Pertamina (Persero).

Arifin Tasrif menyebut, Indonesia dirugikan karena Blok Masela tak kunjung digarap. Dia lalu menyebut, Shell mundur tapi tidak tanggung jawab.

Shell Indonesia akhirnya buka suara perihal proses pelepasan hak partisipasi sebesar 35% di Blok Masela. VP Corporate Relations Shell Indonesia, Susi Hutapea dikutip dari CNBC Indonesia mengungkapkan pihaknya belum bisa berkomentar banyak terkait pelepasan hak partisipasi di Blok Masela.

"Mohon maaf kami tidak dapat memberikan komentar mengenai aktivitas portfolio yang sedang berjalan," ujar Susi, dikutip Selasa (30/5).

Baca Juga: Penghentian Ekspor Mineral Mentah, ESDM: Pasti Kecuali Lima Perusahaan

Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro menilai kemelut negosiasi Blok Masela akan merugikan kedua pihak, baik pemerintah maupun Shell.

"Saya kira Shell dan pemerintah mendapat impact potensi kerugian karena Blok Masela tak kunjung selesai," ujar Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro saat dihubungi bakabar.com, Selasa (30/5).

Pemerintah dirugikan karena seharusnya tahun 2027 bisa mendapatkan penerimaan APBN dari Blok Masela, namun gagal lantaran sampai sekarang  belum ada progres produksi.

Sementara bagi Shell, juga mengalami potensi kerugian besar karena perusahaan telah mengeluarkan modal yang tidak sedikit untuk pengadaan di Blok Masela.

Baca Juga: Konversi ke Motor Listrik, ESDM: Ada 193 Orang yang Mengajukan

"Apalagi uang itu dari capital market, pasti bunganya jalan dan makin lama tidak diselesaikan maka makin lama makin menjadi beban keuangan bagi mereka," ujar Komaidi

"Artinya ini memang memberikan potential loss kerugian bagi para pihak kalau ini semakin mundur," sambungnya.

Terkait ruwetnya pengelolaan Blok Masela, Komaidi menyarankan agar Shell dengan pemerintah dalam hal ini Kementerian ESDM untuk kembali duduk bersama, mencari solusi terbaik. Tidak dengan saling saling menyerang dan adu argumentasi.

Jika kisruh pengelolaan Blok Masela dibawa ke arbitrase internasional, dipastikan tidak akan memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak.

Baca Juga: Kawasan ASEAN, Menteri ESDM: Miliki Energi Terbarukan Sangat Besar

 "Solusi yang paling optimal tidak hanya menang-menangan, pemerintah atau Shell yang menang tidak ada yang diuntungkan, saat ini yang diperlukan adalah win win solution," pungkasnya.

Sebelumnya, pemerintah mengeluarkan opsi untuk mengambil alih Blok Masela ke dalam pengelolaan negara. Opsi itu dikaji karena pengembangan blok ini tersendat, sejalan belum lepasnya hak partisipasi Shell.

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengungkapkan sudah lima tahun lamanya Blok Masela tersendat. Pemerintah, menurutnya, akan mengambil langkah yang paling baik bagi negara.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif memaparkan alasan Shell hengkang dari proyek raksasa gas abadi, Blok Masela, salah satunya karena perusahaan asal Belanda itu mulai fokus pada pengembangan proyek energi baru dan terbarukan (EBT).

Editor
Komentar
Banner
Banner