bakabar.com, BANJARMASIN – Selebgram Taqy Malik rupanya pernah berada di titik terendah dalam hidupnya.
Jangankan beli pakaian, untuk memenuhi kebutuhan perut saja Taqy Malik kecil kewalahan. Maklum, sang ayah hanya bekerja sebagai loper koran di lampu merah.
Taqy Malik terkadang tertawa menggelitik membaca komentar netizen yang menyebut dirinya kaya sejak lahir.
"Sekali punya kerjaan bokap jualan koran di lampu merah," ucap Taqy Malik di Instagram pribadinya, Rabu (9/6) kemarin.
Taqy Malik mengenang masa susah saat dirinya masih duduk di Taman Kanak-kanak (TK).
Kala itu, ia diantar sang ayah menggunakan sepeda tetangga. Bahkan berkali-kali sepatunya nyangkut rantai sampai sobek.
"Ini yang dibilang kaya dari lahir?" tanya pemuda kelahiran Banjarmasin ini.
Ironisnya lagi, Taqy Malik pernah makan sepiring nasi bagi empat orang adik kandungnya. Dan, hanya berlauk garam.
"Gue pernah merasakan titik di mana hidup keluarga gue cuma makan 1 piring nasi untuk berempat dengan adik-adik gue. Pakai lauk dari minyak goreng bekas dan garam yang diaduk-aduk dengan nasi, terus dilayangkan suapan itu ke adik-adik gue. Tapi entah, dulu terasa nikmat dan bahagia," ungkap Taqy Malik.
"Mungkin itu buah didikan orang tua. Bagaimana mengajarkan anak-anaknya apa makna bersyukur yang sesungguhnya," sambungnya.
Pada saat itu, baginya, telur dadar istimewa yakni satu telur dibagi berempat.
"Di dalam keluarga gue pada masa kecil, kita punya makanan yang paling nikmat. Apa itu? Telor dadar dibagi empat buat adik-adik gue. itu bahagianya luar biasa, serasa menu makanan yang paling spesial," sebutnya.
Tak hanya itu, Taqy Malik masih ingat suara-suara sumbang yang merendahkan orang tuanya.
"Namun roda itu berputar kawan. Keluarga gue dulu sering dihina dan dicaci. Gue masih ingat ada orang terdekat yang bilang "Heh anak banyak tapi kerjaan enggak ada, mau ngasih anak makan dari mana?" sampai sekarang kata kata itu terngiang di telinga gue," tegasnya.
Kini, Taqy Malik bersyukur mendapatkan rezeki yang berlimpah dari Tuhan.
"Rupanya Allah punya cara lebih indah, waktu terus berjalan, gue dan adik-adik mulai tumbuh besar. Satu per satu merantau untuk menimba ilmu di tanah Jawa, ada saja rezeki yang Allah berikan berkat kesabaran," tambahnya.
"Gue sebagai anak pertama berangkat dengan harapan pulang sudah menjadi orang berilmu dan sukses di tanah rantau," tutupnya