bakabar.com, SURABAYA -Kisah pilu dialami oleh Dina Oktavia, ibu muda yang tinggal di Jojoran STAL No 5B, Kota Surabaya. Betapa tidak diusianya yang baru 21 tahun, harus ditinggal pergi suaminya.
Cerita pahit itu, dialami Dina, saat mengetahui anak kandungnya lahir dengan kondisi cacat. Sang suami, Muhammad Abdul Aziz (23) memilih untuk pergi meninggalkannya, begitu mengetahui bayi hasil pernikahan mereka mengalami kerusakan pada wajah atau cacat.
Hal menyedihkan itu tidak hanya berhenti disitu saja. Mertua yang seharusnya menyayangi cucunya, justru tidak mengakui cucunya dengan lahir dengan kondisi seperti itu.
Mertua Dina juga merasa malu, dan tidak mau mengakui cucunya dengan kondisi memprihatinkan seperti itu.
Akibat penyakit yang dialami, bayi tersebut mengalami kerusakan pada wajahnya. Khususnya di bagian bibir, hidung dan kedua matanya.
“Sejak lahir sampai sekarang, mertua tidak pernah sekalipun menengok anak saya. Katanya, malu punya cucu seperti ini,” kata Dina mengawali kisahnya seperti dilansir bakabar.com dari sindonews.com, belum lama ini.
Ditemui di rumahnya di Jojoran, Dina yang saat itu didampingi Isa Anshori (Sekretaris Lembaga Perlindungan Anak Jawa Timur), dan Daniel Lukas Rorong (Ketua Komunitas Tolong Menolong).
Anaknya yang bernama Muhammad PandhuFirmansyah, masih berusia 5 bulan, baru saja menjalani operasi pemasangan selang untuk saluran cairan di kepalanya di Rumah Sakit Umum (RSU) dr.Soetomo Surabaya.
Pandhu, demikian panggilannya, sesuai dengan yang tertulis di rekammediknyadidiagnosa mengidap penyakit Facial Cleft Tessier Hydrocephalus Myelomeningocele.
Dimana, selain mengidap Hydrocypalus, Pandhu juga mengalami kerusakan pada wajahnya, khususnya di bagian bibir, hidung dan kedua matanya.
Dengan kondisi seperti ini, otomatis Pandhu tidak bisa memakai dot untuk minum susu formula. Bahkan, untuk minum ASI pun, Pandhu tidak bisa. Sehingga, harus disuapi sedikit demi sedikit dengan memakai sendok.
“Sebenarnya saya ingin memberinya ASI, namun ASI saya tidak keluar. Pernah saya coba pompa, namun tetap tidak keluar,” kata Dina.
Penderitaan Dina terus bertambah,saat sang suami menyuruhnya untuk mengurus surat cerai. “Asal membuatnya bahagia, saya tidak masalah. Karena yang terpenting adalah kesembuhan anak saya,” tegas ibu muda ini.
Dina mengaku, sejak awal berpacaran hubungan mereka memang sudah tidak mendapatkan restu dari orangtua suaminya. Faktor ekonomi dan kelas sosial keluarga Dina, menjadi penyebab tidak adanya restu tersebut.
“Waktu itu saya sudah mengingatkan untuk tidak melanjutkan hubungan ini, namun suami saya tidak mau. Bahkan, suami saya pernah teriak-teriak agar saya bersedia untuk menikah dengannya, hal ini membuat saya pun luluh,” ungkap Dina.
Akhirnya, Dina bersedia menikah pada tahun 2018 diusianya yang masih 20 tahun.
Setelah menikah dan akhirnya hamil, maka Dina pun memutuskan untuk berhenti bekerja dan fokus pada kehamilan pertamanya tersebut.
Sempat menumpang di rumah mertuanya, karena satu dan lain hal, akhirnya Dina memutuskan untuk tinggal kembali bersama ibu dan kakak ketiganya di rumah petaknya di kawasan Jojoran.
“Kalau ayahnya dari lahir sampai 1 bulan terakhir kemarin itu masih jenguk anaknya. Tapi dari pihak keluarganya terutama orang tuanya itu nggak bisa menerima. Jadi nggak mau mengakui itu cucunya,” kata Dina.
Dina menceritakan mengenai penyebab anaknya Pandhu terlahir cacat. Menurutnya, itu karena saat hamil 3 sampai 4 bulan ia dua kali digigit tikus.
“Bisa jadi gigitan tikus. Karena waktu 3 sampai 4 bulan itu digigit tikus waktu tidur. Kaki saya digigit dua kali selama seminggu. Sampai berdarah kaki saya,” terang Dina.
Sadar dua kali digigit tikus, tutur Dina, ia kemudian memeriksakan diri ke dokter. Namun dokter mengetahui bahwa ia sedang hamil dan hanya diberi obat oles saja.
“Saya ke dokter tapi dokternya tahu saya lagi hamil. Jadi tidak berani kasih obat apa-apa. Cuma dikasih obat oles saja,” sambung Dina.
Bantuan donasi yang diterimanya dari para donatur seperti Komunitas Tolong Menolong, Yayasan Hidayatullah dan Komunitas Bendino Masak akan dipakainya untuk menyambung hidup.
Karena sejak melahirkan sampai sekarang, suaminya tidak pernah memberinya nafkah. Ditambah kondisi dirinya yang tidak bisa bekerja dikarenakan mau fokus merawat Pandhu anaknya.
Viral pemberitaan Dina Oktavia yang ditinggal oleh suami karena melahirkan anak dengan kondisi cacat wajah dan hydrocephalus, mengundang simpati banyak pihak.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur bergerak cepat. Dina Oktavia dan anaknya mendapat bantuan tempat tinggal layak di Rumah Susun atau RusunGunungsari, Surabaya.
Dina tiba di RusunawaGunungsari bersama pihak Pemkot Surabaya, Pemprov Jatim, Komunitas Tolong Menolong, Camat Gubeng, dan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jatim. Dina mengaku sangat terbantu karena selama ini hanya berjuang dengan ibunya.
“Karena saya nggak kerja dan harus fokus pengobatan anak saya. Respon dari Pemprov Jatim cepat, saya terharu bisa secepat ini,” kata Dina, dikutip dari TIMES Indonesia, Selasa (03/12).
Ke depan, Dina ingin fokus pada pengobatan anaknya serta menata hidup. Tidak ada lagi kekhawatiran dikejar setoran sewa rumah per bulan seperti sebelumnya. Beban itu makin ringan. Biaya bulanan listrik dan air dibebaskan. Tidak ada biaya yang dibebankan.
Daniel Lukas Rorong, Ketua Komunitas Tolong Menolong, mengatakan, ia telahmendampingi Dina sejak bayi Pandu lahir, terutama untuk mendapatkan rusun ini. Termasuk membantu menyelesaikan beberapa tanggungan lain.
“Agar Bu Dina bisa fokus merawat putranya tidak ada beban dan kami bisa mendampingi sisi kemandiriannya,” ujar Daniel.
Dina merupakan lulusan sekolah menengah kejuruan jurusan pariwisata. Ia memiliki rencana mandiri dengan berwirausaha. Membuat produk home made seperti minuman segar.
“Saya harus bisa mandiri menghasilkan uang dengan usaha di rumah,” tandasnya.
Namun, sebagai ibu ia akan terus berjuang demi kesehatan putranya. Ia juga akan tetap fokus pada pengobatan Pandhu. “Planning terutama pengobatan anak bisa jalan,” tutupnya.
Baca Juga: Penghargaan untuk ASN Jangan Kurangi Waktu Pelayanan Publik
Baca Juga: Susu Kental Manis Tak Cocok untuk Batita
Editor: Aprianoor