bakabar.com, JAKARTA – HIV, yang notabene adalah penyakit menular seksual, seringkali dianggap hanya menjangkiti orang dewasa. Namun, faktanya, virus itu pun bisa menginfeksi anak di bawah usia 14 tahun.
Hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan, Imran Pambudi. Dia membeberkan sebanyak 12.533 anak usia di bawah 14 tahun terinfeksi HIV.
“HIV pada anak di Indonesia ini sebanyak 12.553 anak dengan usia 14 tahun ke bawah. Ini data dari tahun 2010 sampai September 2022,” ujarnya dalam Temu Media Hari AIDS Sedunia 2022, ditulis Kamis (1/12).
Dari jumlah tersebut, sebanyak 4.764 orang di antaranya berusia di bawah empat tahun. Lebih lanjut, Imran mengungkapkan bahwa anak laki-laki lebih banyak terinfeksi HIV ketimbang anak perempuan.
Adapun terkait penyebabnya, sambung Imran, tak dapat dipungkiri salah satu faktornya adalah keturunan. “Karena mereka (anak-anak) biasanya akan tertular penyakit ini dari orang tuanya,” kata dia.
Proses Penularan HIV pada Anak
Pediatric AIDS Foundation mencatat lebih dari 90 persen kasus penularan HIV pada anak kecil terjadi saat masa kehamilan. Seorang perempuan yang terinfeksi HIV sebelum maupun ketika hamil, dapat menularkan virusnya pada calon anak sejak dalam kandungan.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan seorang ibu hamil yang positif HIV berisiko sekitar 15 hingga 45 persen menularkan virus pada anak dalam rahimnya lewat tali plasenta.
Risiko penularan HIV dari ibu ke anak juga dapat terjadi jika bayi terpapar darah, cairan ketuban yang pecah, cairan vagina, atau cairan tubuh ibu lainnya yang mengandung virus HIV selama proses melahirkan.
Sebagian kasus lainnya juga bisa terjadi dari proses menyusui eksklusif, mengingat virus HIV terkandung dalam ASI. Sebab itulah, dokter biasanya bakal mencegah penderita penyakit ini untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
Selain saat masa kehamilan, penularan HIV pada anak juga bisa dikarenakan penggunaan jarum suntik bekas bergantian. Risiko demikian, utamanya, lebih tinggi dialami anak-anak pengguna narkoba suntik.
Faktor lain yang memungkinkan penularan HIV pada anak ialah hubungan seksual. Kendati terdengar tak lazim, hasil survei dari Reckitt Benckiser Indonesia menyatakan sebanyak 33 persen anak muda di negeri ini pernah melakukan hubungan intim tanpa kondom.
Penularan HIV juga berisiko terjadi pada anak yang mengalami kekerasan seksual dari pelaku yang menderita penyakit tersebut.
Gejala HIV pada Anak
Pada tahap awal terinfeksi, anak yang tertular HIV biasanya tak memunculkan gejala apa pun. Pertanda itu baru muncul beberapa tahun kemudian. Misalnya, anak yang terinfeksi HIV sejak lahir, bisa saja baru mengalami gejalanya saat berusia 3 atau 4 tahun.
HIV pada anak juga cukup sulit terdeteksi karena gejalanya mirip dengan infeksi virus biasa, seperti flu. Meski begitu, ada beberapa gejala yang dapat dicurigai sebagai tanda HIV pada anak, salah satunya berat badan sulit bertambah.
Idealnya, berat badan anak usia satu tahun bisa mencapai tiga kali berat badannya saat lahir. Sementara, anak yang terinfeksi HIV akan tampak kurus.
Anak yang terinfeksi HIV juga mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang lebih lambat. Hal itu dapat dilihat dari kondisi anak yang terlambat duduk, berdiri, berjalan, atau bicara, serta perilaku anak yang cenderung diam dan tidak seperti anak-anak lain sepantarannya.
Seiring bertambahnya usia, daya tahan tubuh anak yang terinfeksi HIV mulai melemah. Mereka rentan mengalami demam, batuk, pilek, sakit perut, diare, sariawan, ruam popok, ataupu infeksi telinga yang berlangsung lama.
Bila anak Anda mengalami gejala-gejala yang demikian, jangan lansgung panik. Sebaiknya, segera periksakan ke dokter untuk mengetahui diagnosis yang lebih pasti.