Hot Borneo

Kendalikan Harga Daging Sapi di Kalsel, Uji Pemeriksaan PMK Gratis

Pemprov Kalsel membebaskan biaya uji pemeriksaan laboratorium penyakit mulut dan kuku (PMK) terhadap sapi yang masuk ke Banua.

Featured-Image
Kalsel membebaskan biaya pemeriksaan PMK terhadap sapi yang masuk guna mengendalikan harga daging di Banua. Foto-Detik

bakabar.com, BANJARBARU - Pemprov Kalsel membebaskan biaya uji pemeriksaan laboratorium penyakit mulut dan kuku (PMK) terhadap sapi yang masuk ke Banua.

Selain itu, pengendalian lalu lintas hewan rentan dan produk hewan rentan (PMK) berbasis kewilayahan untuk meningkatkan suplai daging sapi di Kalsel juga dilakukan.

Upaya itu dilakukan untuk mengendalikan harga daging sapi segar yang kini tengah melonjak atau mencapai angka Rp160 ribu per kilogram.

Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) Kalsel, Suparmi mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Bulog dan pelaku usaha sapi untuk meningkatkan pemasukan daging sapi atau kerbau beku ke Banua.

"Termasuk dengan PT SISKA untuk meningkatkan pemotongan sapi siap potong yang ada untuk memenuhi pasokan daging beku di Kalsel,” kata Suparmi, Minggu (6/11).

Dari sektor hulu, pihaknya terus mendorong peningkatan populasi dan produksi ternak sapi potong melalui Program Sapi dan Kerbau Komuditas Andalan Negeri (Sikomandan) yang setiap tahunnya dapat menghasilkan anak sapi atau pedet rata-rata 27 ribu ekor per tahun.

Sedangkan untuk tahun 2022, sampai dengan bulan Oktober telah lahir pedet sebanyak 23.593 ekor (107 persen) dari target 22.090 ekor.

Suparmi mengklaim telah melakukan berbagai langkah dan upaya itu sejak beberapa hari terakhir. harga daging sapi di Kalsel menurutnya juga tidak yang tertinggi di Indonesia.

Sebelumnya, harga daging sapi segar di Kalsel memecahkan rekor Kalimantan. Mengingat harganya mencapai 150 hingg Rp160 ribu per kilogram.

Harga daging sapi segar masih tinggi lantaran barang dari pulau Jawa belum bisa masuk ke Kalsel. "Sekarang 150 ribu rupiah bahkan lebih per kilo," kata Hapsah, pedagang di Pasar Bauntung Banjarbaru, Sabtu (5/11).

Kepala Dinas Perdagangan Kalsel, Birhasani juga membenarkan naiknya harga daging sapi ini. Ia menyebut kenaikan harga terjadi sejak adanya penyakit mulut dan kuku pada hewan ternak.

"Sejak itulah terjadi kekurangan pasokan sapi dari luar Kalsel, terutama dari Jawa Timur," sahut Birhasani.

Sapi yang belum bisa masuk ke Kalsel tak hanya dari Jawa, tapi juga dari daerah lain. Dijelaskan Birhasani, sapi yang masuk harus dalam pengawasan untuk mencegahnya meluasnya wabah PMK.

Sampai saat ini kata dia, pasokan sapi ke Kalsel belum normal. Akibatnya harga pun melonjak hingg Rp160 per kilogram.

Dirinya berujar upaya pemerintah dari sektor hulunya tentunya harus meningkatkan ketersediaan sapi lokal dengan mengembangkan peternakan.

"Sehingga tidak selalu ketergantungan dengan luar daerah," ujarnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner