bakabar.com, JAKARTA - Direktur Jenderal Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji mengatakan pemerintah saat ini tengah mempersiapkan Carbon Capture Storage (CCS) atau Carbon Capture Utilty Storage (CCUS) yang berupaya untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dari operasional produksi.
"Target pemerintah untuk meningkatkan produksi migas perlu didukung untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi nasional dan mengurangi impor energi. Upaya tersebut akan membutuhkan investasi baru dan modal global,” kata Tutuka dalam Indonesian Petroleum Association Convention and Exhibition (IPA Convex) 2022 yang diselenggarakan di Jakarta Convention Center, Kamis (22/9).
Proses transisi energi ini, kata Tutuka, akan membutuhkan waktu yang panjang. Sebelum mencapai hal tersebut, industri migas masih berkontribusi signifikan dalam pemenuhan kebutuhan energi.
Ia menambahkan, CCS/CCUS menjadi teknologi penting di masa transisi energi. Pasalnya, teknologi ini dapat mendukung pengurangan emisi pada berbagai sektor industri. Teknologi tersebut dapat mengurangi 10 persen emisi karbon secara global. Adapun dalam penerapannya, CCS/CCUS perlu didukung dengan kepastian hukum, kemudahan berusaha, dan kemudahan fiskal.
"Penerapan teknologi CCS saat ini mirip dengan awal ekspor LNG pada awal 1970-an, di mana hanya sedikit negara yang menerapkan teknologi tersebut," ujar Tutuka.
Indonesia, saat ini sudah melakukan studi terkait CCS/CCUS. Terdapat 10 titik kajian CCS/CCUS yang tersebar di seluruh Indonesia, baik di lapangan migas, maupun di pabrik dengan emisi tinggi. Sejalan dengan itu, CCS/CCUS di Asia Tenggara ditargetkan mencapai 35 metrik ton (MT) CO2 pada 2030 dan lebih dari 200 MT pada 2050.
"Indonesia diberkahi dengan kekayaan geologis. Ditambah, teknologi ini belum banyak diterapkan negara-negara lain. Indonesia dapat memimpin penggunaan teknologi CCS/CCUS di kawasan," pungkasnya.