bakabar.com, PALANGKA RAYA – Jika selama ini di Kalimantan Tengah hanya terkenal memiliki perkebunan sawit dan karet yang menjadi andalan, kini ada terobosan baru di sektor perkebunan.
Sebab, saat ini sedang mengembangkan kopi dan kakao yang bisa dijadikan alternatif komoditi andalan.
“Kita inikan tergantung dengan Sawit seluas 1,778 juta hektar dan Karet 445 ribu hektar. Tapi kita cari alternatif terobosan ekonomi lain, tidak hanya tergantung pada sawit dan karet saja,” kata Kepala Dinas Perkebunan Kalimantan Tengah Rawing Rambang, Kamis (22/10).
Rawing mengungkapkan, memang pada 2017, hanya kakao saja dikembangkan di tiga kabupaten, seluas 2.173 hektar serta 175 ribu bibit kakao yang dibagikan ke petani.
Setahun kemudian menyusul kopi di lahan seluas 1.231 hektar, dengan membagikan 174 ribu bibit kopi.
Namun, diantara dua komoditi andalan tersebut, yang paling menonjol adalah tanaman kopi, karena merupakan disversifikasi tanaman perkebunan.
Menurut Rawing, sebenarnya kopi dan kakao hampir sama dengan sawit dan karet, tapi bedanya, merupakan kebutuhan primer.
Permintaan terhadap dua komoditi ini juga meningkat terutama kopi semakin meningkat. Untuk kebutuhan sebulan sebanyak 20 ton, tapi sayang masih belum mampu memenuhi, hanya mampu 4 kuintal.
Tak dipungkiri, geografis Kalteng sangat cocok untuk kopi robusta. Potensi pengembangannya saat ini berada di Kabupaten Kotawaringin Timur dan Pulang Pisau yang sudah menjadi tempat pertanian kopi.
Kemudian kakao dikembangkan secara tradisional di Batu Raya Kabupaten Barito Utara dan Murung Raya.
Data Dinas Perkebunan Kalteng, angka sementara produksi kopi tahun ini luas perkebunan rakyat kopi 2.416, 55 hektar dan produksi 393, 77 ton. Kakao 2.638, 82 hektar dan produksi 1.521, 38 ton.