bakabar.com, BANJARMASIN - Kalimantan Selatan masuk dalam lima besar angka kemiskinan terendah di Indonesia yaitu sebesar 4,55 persen hingga Maret 2019. Hal ini disampaikan oleh Staf Khusus Presiden, Prof Ahmad Erani Yustika dalam forum diskusi perkembangan terkini Indonesia dan tantangan ke depan di Gedung Lecture Theater Universitas Lambung Mangkurat, Selasa (30/7) siang.
"Di Nasional 9,4 persen, artinya separuh dari angka kemiskinan di Indonesia. Ini capaian yang luar biasa," ucap Erani.
Perkembangan pertumbuhan ekonomi Kalsel dalam sepuluh tahun terakhir masih didominasi oleh konsumsi rumah tangga sebesar 46,5 persen dan pembentukan modal tetap domestik bruto sebesar 22,8 persen. Sedangkan dari sisi sektoral, 70 persennya disumbang oleh sektor pertambangan, pertanian, industri pengolahan, perdagangan dan konstruksi.
"Biasanya provinsi yang kekayaan sumber daya alamnya relatif berlimpah, mereka tidak terpacu untuk bisa melakukan pengolahan sumber daya ekonomi tapi sekedar cukup untuk mengambil dan menjual," lanjutnya.
Sempat mengalami fluktuasi, namun sejak September 2016, Gini Ratio Kalsel mulai stabil dan melandai hingga di angka 0,334 pada Maret 2019.
"Ini angka yang terendah, karena Nasional angka ketimpangannya 0,38. Ini bagian dari investasi pembangunan yang inklusif," kata Erani
Secara umum, laju ekonomi Kalsel masih bergantung pada komoditas yang berasal dari sektor pertambangan dan perkebunan. Lalu, komoditas barang-barang dari kayu dan karet juga berpotensi untuk terus digenjot.
"Prinsipnya, sekarang pemerintah sedang giat mendorong daerah untuk melakukan satu transformasi ekonomi," ucap Kepala Grup Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Muhammad Nur kepada awak media.
Agar strukturnya lebih berimbang, masih banyak sektor lain yang memiliki potensial seperti industri pariwisata ujarnya.
"Karena kalau hanya bergantung pada sumber daya alam saja, tentu sangat riskan sekali," tuturnya.
Ia mengambil contoh, di Kalimantan Timur sekitar tahun 2015-2016, ketika harga komoditas batu bara menurun pertumbuhan ekonominya pun menjadi negatif.
"Tentu tidak bagus dalam kegiatan pembangunan, jadi harus melakukan transformasi. Misal Pariwisata, apabila nanti memiliki tingkat pendapatan yang tinggi maka kebutuhan juga akan semakin meningkat," tutupnya.
Forum diskusi yang merupakan kerjasama antara Bank Indonesia dan Universitas Lambung Mangkurat itu mendapat apresiasi dari Rektor ULM, Sutarto Hadi. Ia menilai tema yang diangkat menarik mengenai isu terkini dan antusias peserta pun sangat tinggi.
"Ini bisa disampaikan juga dalam ruang-ruang kuliah agar mahasiswa memiliki kepedulian terhadap perkembangan yang terjadi di negara kita," ungkapnya.
Dengan ikut berkontribusi, dapat membantu pemerintah daerah, terutama isu-isu ekonomi yang berkaitan langsung dengan masyarakat. Seperti persoalan terdekat mengenai musim kemarau dan potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).
"Dibanding wilayah Kalimantan lainnya, hotspot di Kalsel relatif lebih sedikit. Karena kita sudah berupaya untuk membuat pencegahan seperti pembangunan kanal, pembuatan sumur bor, dan pembinaan kepada masyarakat," ujarnya mengakhiri.
Baca Juga: DPRD Sumenep Gali Penanggulangan Kemiskinan di Banjarmasin
Baca Juga: Penanggulangan Kemiskinan Diprioritaskan
Reporter: Musnita SariEditor: Muhammad Bulkini