Borneo Hits

Aktivitas Manusia Picu Banjir di Kalsel

Sejumlah daerah di Kalimantan Selatan diterjang banjir. Sepertu Balangan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Tabalong, Tanah Laut dan Banjar.

Featured-Image
Menteri Hanif saat berkunjung ke Desa Bincau, Martapura, Banjar yang terdampak banjir. Foto: Diskominfo Kalsel

bakabar.com, MARTAPURA - Sejumlah daerah di Kalimantan Selatan diterjang banjir. Sepertu Balangan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Tabalong, Tanah Laut dan Banjar.

Saat berkunjung ke Bincau, Martapura, Banjar, Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, menyebut banjir yang terjadi di daerah ini lantaran sungai mengalami penurunan fungsi ekologis akibat sedimentasi.

"Termasuk aktivitas usaha di hulu DAS (Daerah Aliran Sungai)," jelas Hanif, kemarin.

Di kawasan tersebut tercatat terdapat sekitar 16 hingga hampir 20 entitas usaha di sektor pertambangan, perkebunan, dan kehutanan.

Pembukaan lahan ini diduga kuat memperburuk daya tangkap DAS. Karenanya, Kementerin Lingkungan Hidup akan melakukan analisis menyeluruh dan mewajibkan seluruh entitas usaha tersebut menjalani audit lingkungan.

Apabila hasil audit lingkungan oleh auditor independen menunjukkan perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban mitigasi bencana dan pengelolaan lingkungan, maka izin lingkungannya akan direkomendasikan untuk dicabut.

Saat ini, Tim Penegakan Hukum (Gakkum) Kementerian Lingkungan Hidup telah diterjunkan ke lapangan. Tim melakukan penelusuran wilayah Kalsel bagian barat, mulai dari Pegunungan Meratus hingga kawasan terdampak banjir, guna melakukan verifikasi lapangan secara komprehensif.

Hanif mengingatkan bahwa berdasarkan kajian Kementerian LH pada 2020–2021, lanskap Kalsel berada dalam kondisi sangat rentan. Curah hujan sekitar 100 milimeter per hari saja sudah cukup memicu banjir berskala besar.

"Apalagi jika masih ditemukan pembukaan lahan di luar izin dan ketidaktaatan terhadap persetujuan lingkungan. Penertiban dan pengembalian ketaatan lingkungan menjadi prioritas utama," tegasnya.

Hanif menyebut banjir yang kerap berulang di wilayah Banjar tidak terlepas dari kondisi alami kawasan rawa serta aktivitas manusia yang mengabaikan prinsip-prinsip lingkungan hidup.

Secara ekologis, Desa Bincau merupakan kawasan rawa sekaligus daerah simpanan air. Kawasan ini berfungsi menampung air sebelum dialirkan ke sungai, sehingga secara alami sangat rentan mengalami genangan, terutama saat curah hujan meningkat.

"Kalau kita lihat tipe vegetasi alaminya, ini memang daerah air. Air berdiam dan ditabung di sini sebelum mengalir ke sungai," paparnya.

"Saat hujan tidak terlalu tinggi, kawasan ini terlihat seperti daratan dan dimanfaatkan sebagai permukiman, padahal secara ekologis tidak pernah lepas dari ancaman banjir," sambungnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner