bakabar.com, BANJARBARU - Dari Januari hingga bulan Mei 2023, Dinkes Kalsel mecatat ada 898 kasus demam berdarah di Banua.
Ada beberapa penyebab yang membuat melonjaknya kasus ini. Salah satunya adalah cuaca yang tak menentu.
Kepala Dinas Kesehatan Kalsel, dr Diauddin mengatakan, pihaknya sudah mengedarkan surat ke pemkab dan pemkot agar mengaktifkan kembali gerakan 1 rumah satu jumantik.
Diauddin membeber, penderita dan korban meninggal dunia akibat demam berdarah didominasi anak usia 5 sampai 14 tahun.
Adapun kasus demam berdarah ini paling banyak ditemukan di Banjar. Di kabupaten ini tercatat ada 229 jiwa yang menderita DBD.
Di susul Banjarbaru dengan 141 jiwa, Hulu Sungai Utara 88 jiwa, Tanah Bumbu 87 jiwa dan Tanah Laut 66 jiwa.
"Kemudian Hulu Sungai Selatan sebanyak 56 jiwa, Banjarmasin 52 jiwa dan Kabupaten Kotabaru 40 jiwa," ujar Diauddin, Jumat (26/5).
Sementara daerah dengan penderita demam berdarah terendah adalah Kabupaten Barito Kuala 29 jiwa, Balangan 16 jiwa, Tapin 11 jiwa dan Tabalong 3 jiwa.
"Untuk korban meninggal dunia akibat kasus ini ditemukan di Kabupaten Tapin 1 jiwa, Kabupaten Banjar 2 jiwa, Banjarmasin 3 jiwa dan Barito Kuala 1 jiwa," tambah Pengelola Program DBD pada Dinkes Kalsel, Sri Widiastuti.
Sri bilang, hingga saat inu belum ada obat atau vaksin demam berdarah. Meski demikian, ia mengaku, pihaknya sudah melakukan program pemberantasan sarang nyamuk.