bakabar.com, JAKARTA - PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) selaku operator kereta api (KA) cepat relasi Jakarta-Bandung melakukan berbagai sosialisasi ke masyarakat melalui berbagai media informasi jelang operasional KA cepat.
Salah satunya, yakni mengajak masyarakat untuk turut serta bekerja sama mewujudkan keselamatan dan keamanan perjalanan KA cepat baik pada masa uji coba ataupun saat mulai beroperasi melayani penumpang. Masyarakat diminta untuk tidak beraktivitas di jalur KA cepat karena sangat berbahaya.
General Manager Corporate Secretary KCIC Eva Chairunisa dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (22/7) menjelaskan meski sepanjang jalur KA cepat sudah diberi pagar dan kawat berduri, masyarakat tetap diminta untuk ikut menjaga sarana dan prasarana yang merupakan proyek strategis nasional itu.
"Melalui sosialisasi yang dilakukan, diharapkan seluruh masyarakat dapat ikut berperan aktif dalam menjaga keselamatan dirinya maupun orang lain di sekitar jalur KA cepat," ujar Eva.
Baca Juga: Stasiun KA Cepat, KCIC: Dihiasi Unsur Budaya Indonesia
Untuk operasional, KCIC menginformasikan jalur KA cepat dialiri arus listrik sebesar 27,5 kilovolt (kV) yang akan menjadi sumber penggerak melalui media pantograf yang terdapat di bagian atas kereta. Pantograf tersebut akan terhubung dengan jaringan listrik aliran atas (LAA) atau overhead catenary system (OCS). Semakin tinggi laju KA cepat, maka semakin besar kebutuhan keterhubungan yang mulus antara pantograf dan LAA.
"Jalur KA cepat sendiri membentang dari Halim hingga ke Tegalluar sepanjang 142,3 km baik secara subgrade, elevated, tunnel, dan bridge," kata Eva.
Adapun saat beroperasi nanti, KA cepat memiliki kecepatan hingga 350 km/jam sehingga perlu dihindari benda asing yang berpotensi mengganggu dan membahayakan operasional KA agar tidak bersinggungan dengan prasarana KA cepat.
KCIC mengungkapkan pada kasus ringan, jika terjadi gangguan dari benda asing pantograf dapat rusak dan KA cepat berhenti. Pada kasus yang lebih serius, dapat menyebabkan putusnya kabel LAA dan pemadaman listrik, di mana hal tersebut dapat mengganggu keseluruhan operasional perjalanan KA cepat.
Baca Juga: Lancarkan Komunikasi, KCIC Ukur Kebersihan Frekuensi Kereta Cepat
Benda asing pada LAA dapat dikategorikan berdasarkan jenis materi menjadi benda penghantar dan benda isolator. Benda penghantar meliputi bahan seperti kertas timah dan tali layang yang mengandung kawat logam. Benda-benda tersebut, ketika tergantung pada saluran listrik, dengan mudah dapat menyebabkan korsleting dan pemutusan sirkuit.
Sedangkan, benda isolator seperti kain plastik dan layang-layang, ketika terkena angin kencang, sangat mudah terjerat pada LAA dan menyebabkan kerusakan pada pantograf.
Sebelumnya, KCIC menyebut sejak dilakukan pengujian KA cepat, telah terjadi beberapa kali insiden benda asing tergantung pada LAA, terutama di area antara Stasiun Padalarang hingga Stasiun Tegalluar, di mana banyak masyarakat yang bermain layang-layang di dekat jalur KA cepat. Akibatnya, terdapat sejumlah kejadian layang-layang terjebak pada LAA yang mengganggu proses pengujian.
Sebagai upaya pencegahan, maka KCIC mensosialisasikan agar jalur tetap steril terus dilakukan. Masyarakat diimbau agar tidak melakukan sejumlah hal yang berpotensi membahayakan keselamatan dan keamanan bersama, seperti salah satunya imbauan untuk tidak bermain layang-layang bagi warga masyarakat yang tinggal di sekitar jalur karena benang dan layangannya berpotensi mengganggu kelistrikan jika tersangkut pada bagian jaringan LAA.
Baca Juga: Kereta Cepat Tak Sampai Bandung, KCIC Siapkan Feeder dari Padalarang
Selain itu, KCIC juga mengimbau masyarakat juga diminta untuk tidak masuk ke jalur KA cepat dengan melewati pagar pembatas karena sangat berbahaya.
Sosialisasi dilakukan dalam berbagai cara mulai dari secara langsung mendatangi area pemukiman warga dan memasang materi sosialisasi berupa poster ataupun spanduk terkait sejumlah hal yang dapat membahayakan perjalanan KA cepat serta masyarakat.
Melalui kordinasi dengan TNI Polri, sosialisasi juga dilakukan untuk mewujudkan keselamatan dan keamanan bersama. Sekitar 500 personel TNI-Polri turut membantu melakukan sosialisasi kepada masyarakat di sejumlah wilayah.
KCIC pun sangat mengapresiasi kolaborasi dari TNI-Polri yang telah ikut serta berupaya memberikan pemahaman ke seluruh lapisan masyarakat.