bakabar.com, JAKARTA - Kapten sekaligus kiper Prancis, Hugo Lloris sempat mendapatkan kritik jelang laga perempat final kontra Inggris.
Menurut beberapa media Inggris, Lloris merupakan titik paling lemah dari skuad Didier Deschamps tersebut.
Namun fakta berjalan lain. Penjaga gawang berusia 35 tahun itu menunjukkan kualitas dengan pengalaman sebagai kapten tim negaranya.
Lloris kini tengah bersiap menuju final Piala Dunia 2022. Ia dan tim nasional Prancis mengalahkan Maroko dengan skor 2-0, dan akan bertemu wakil negara Amerika Latin, Argentina di partai puncak.
Final Piala Dunia 2022 bukan hanya sejarah bagi tim nasional Prancis, tapi juga bagi dirinya.
Baca Juga: Prancis ke Final, Didier Deschamps Berpeluang Ukir Sejarah!
Hugo Lloris berpeluang menjadi kapten pertama tim nasional yang mengangkat trofi Piala Dunia secara dua kali beruntun.
Melakoni penampilan ketiganya sebagai kapten Prancis di Piala Dunia, Qatar bisa jadi salah satu penampilan terbaik Lloris, terutama di perempat final dan semifinal kala melawan Inggris dan Maroko.
“Kami harus menggali lebih dalam. Kami lelah, tapi kami Bahagia. Kami telah memberi diri kami kesempatan emas untuk menjadi bagian dari sejarah Prancis. Ini final [Piala Dunia] kedua kami dalam empat tahun,” ucap Lloris dikutip dari laman resmi FIFA.
Menghadapi Argentina dengan salah satu pemain Greatest of All Time (GOAT) di dalam skuad, Lionel Messi, Lloris berharap rekan senegaranya mengeluarkan seluruh kemampuan terbaik.
Kekhawatiran Lloris terbilang masuk akal, mengingat dirinya selalu kebobolan dalam lima pertemuan dengan striker Paris Saint-Germain tersebut.
Di Piala Dunia Qatar, Messi juga menunjukkan kebesaran namanya. Hingga partai semifinal, La Pulga sudah mengoleksi lima gol untuk Argentina, bersanding dengan Kylian Mbappe di top skorer Piala Dunia 2022.
“Saya pikir ini akan menjadi pertandingan besar, final besar dengan dua negara sepak bola dan jelas Argentina sangat, sangat kompetitif.”
“Kami membutuhkan semua kekuatan kami, semua energi kami dan kami perlu menikmati momen ini karena ini sudah sukses besar tetapi langkah terakhir yang paling sulit,” tutup Lloris.
