bakabar.com, NEW YORK – Harga minyak naik hampir 3 persen pada penutupan perdagangan Senin (2/11) Selasa pagi WIB.
Naik kembali dari beberapa hari kerugian yang terjadi karena kekhawatiran meningkatnya kasus virus corona, satu hari sebelum akhir pemungutan suara pemilihan presiden AS.
Dilansir Antara, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Januari menguat 1,03 dolar AS atau 2,7 persen, menjadi menetap di 38,97 dolar AS per barel.
Minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember berakhir 1,02 dolar AS atau 2,9 persen, lebih tinggi pada 36,81 dolar AS per barel.
Kedua kontrak turun lebih dari dua dolar AS di awal sesi, tetapi berbalik naik didorong data pabrik di Asia dan Amerika Serikat yang kuat.
Aktivitas manufaktur AS meningkat lebih dari yang diharapkan pada Oktober, dengan pesanan baru melonjak ke level tertinggi dalam hampir 17 tahun.
Pasar minyak berada di bawah tekanan, karena kekhawatiran tentang permintaan bahan bakar yang lebih lemah saat beberapa negara Eropa memulai kembali penguncian untuk mengekang virus corona.
Infeksi baru-baru ini mencapai rekor harian juga di Amerika Serikat, dan pedagang minyak besar percaya hal itu dapat menghentikan pemulihan permintaan.
Indeks-indeks saham AS, yang terkadang dilacak oleh energi berjangka, naik pada Senin (2/11).
Analis mengatakan hasil pemilu yang paling mungkin mengguncang pasar ekuitas dalam waktu dekat akan terjadi, jika tidak ada pemenang yang jelas pada Selasa malam, ketika masih ada beberapa negara bagian di mana suara perlu dihitung.
“Kekhawatiran atas pasokan minyak dan fundamental permintaan … akan memainkan peran kedua setelah pemilihan presiden AS dan bagaimana pasar-pasar risiko akan bereaksi terhadap hasilnya,” kata analis BNP Paribas Harry Tchilinguirian.
Perusahaan dan analis perdagangan minyak global Vitol memperkirakan kehancuran permintaan lebih lanjut saat kebangkitan kasus virus. Negara-negara di seluruh Eropa telah menerapkan kembali langkah-langkah penguncian untuk mencoba memperlambat tingkat infeksi COVID-19 yang telah meningkat selama sebulan terakhir.
Vitol memperkirakan permintaan musim dingin mencapai 96 juta barel per hari (bph), sementara perusahaan perdagangan komoditas Trafigura memperkirakan permintaan turun menjadi 92 juta barel per hari atau lebih rendah.
Rystad Energy melihat permintaan memuncak pada 2028, bukan pada 2030, dan melihat pemulihan yang lebih lambat tahun depan.
"Penguncian akan menghambat pemulihan ekonomi dalam jangka pendek dan jangka panjang serta pandemi juga akan meninggalkan warisan perubahan perilaku yang juga akan mempengaruhi penggunaan minyak," kata Artyom Tchen dari Rystad Energy.
Produksi dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) naik untuk bulan keempat pada Oktober, sebuah survei Reuters menemukan.
OPEC dan sekutunya termasuk Rusia memangkas produksi sekitar 7,7 juta barel per hari untuk mendukung harga. Kelompok OPEC+ ini dijadwalkan mengadakan pertemuan kebijakan pada 30 November dan 1 Desember, dengan beberapa analis memperkirakan penundaan rencana untuk meningkatkan produksi sebesar dua juta barel per hari mulai Januari.
Manajer puncak perusahaan minyak Rusia dan Menteri Energi Rusia Alexander Novak pada Senin (2/11) membahas kemungkinan perpanjangan pembatasan produksi minyak hingga kuartal pertama 2021, dua sumber industri mengatakan.
Pasokan Libya mencapai sekitar 800.000 barel per hari, naik lebih dari 100.000 barel per hari dari beberapa hari lalu, sumber Libya mengatakan kepada Reuters, Sabtu (31/10).