News

Jelajah Waktu 9/11: Lebih 2 Dekade Tragedi Pesawat Menabrak Menara Kembar AS

apahabar.com, JAKARTA – “Jika sesuatu tidak berjalan dengan baik – dan sepertinya memang terlihat demikian –…

Featured-Image
Tragedi bom di menara kembar AS pada 9 September 2001 (Foto: Gretty Images)

bakabar.com, JAKARTA – "Jika sesuatu tidak berjalan dengan baik - dan sepertinya memang terlihat demikian - aku hanya ingin kau tahu bahwa aku sangat mencintaimu. Aku ingin kamu melakukan hal baik. Selamat tinggal sayang. Aku berharap bisa menghubungimu lagi."

Begitulah penggalan pesan terakhir Brian kepada istrinya, Jules. Penumpang pesawat United Airlines Flight 175 itu sadar betul dirinya tak bakal selamat. Kendati begitu, dia tetap mencoba menenangkan orang terkasih nun jauh di Massachusetts.

Selang tiga menit usai pesan suara tersebut terkirim, pesawat United Airlines Flight 175 jatuh ke lantai atas South Tower. Peristiwa itu pun menjadi salah satu yang paling traumatis di abad ini, membekas, menyisakan pilu nan tak tergantikan di benak warga AS, bahkan mengubah arah sejarah.

Pembajakan Pesawat Beruntun

Tragedi 9/11. Demikian serangan terorisme beruntun yang merenggut 2.977 nyawa ini dikenal. Peristiwa memilukan tersebut bermula 21 tahun lalu, tepatnya pada 11 September 2001 pukul 08.46 waktu AS, tatkala kehidupan di New York baru berdenyut.

Gelegar benturan keras tiba-tiba memecah suasana di tengah kota yang masih lengang. Pesawat American Airlines Flight 11 menabrak menara World Trade Center (WTC), yang lantas menyulut kebakaran mulai dari lantai 80. Tabrakan ini tak ubahnya menewaskan ratusan orang yang ada di gedung berlantai 110 itu.

Warga yang berada di luar gedung dibuat ternganga dengan kejadian yang barusan mereka saksikan. Tak berselang lama usai kejadian itu, tabrakan kembali terjadi. Tepatnya 18 menit kemudian, pesawat United Airlines Flight 175 menabrak menara selatan WTC.

Hanya dalam waktu satu sampai dua jam, pusat finansial AS runtuh. Saksi di sekitar tempat kejadian perkara mengaku melihat orang-orang nekat melompat, sebelum gedung pencakar langit itu benar-benar roboh dalam awan debu yang bergumul.

img2

Pembajakan pesawat yang ditabrakkan ke WTC Amerika (Foto: Robert Clark doc)

Ketika jutaan pasang mata tertuju pada luluh lantaknya gedung WTC, tabrakan kembali terjadi. Kali ini, giliran pesawat jumbo American Airlines Flight 77 yang menabrak Gedung Departemen Pertahanan AS Pentagon, sekira pukul 09.45 waktu setempat. Lagi-lagi, bahan bakar pesawat itu menyulut si jago merah.

Perburuan Al-Qaeda, Otak di Balik Tragedi 9/11

Aneh rasanya bila pilot dari ketiga pesawat itu sengaja menabrakan diri ke gedung-gedung pencakar langit di AS. Tabrakan tersebut, faktanya, merupakan ulah jaringan ekstremis Islam yang menamakan diri sebagai Al-Qaeda.

Di bawah pimpinan Osama bin Laden, Al-Qaeda merencanakan penyerangan beruntun dengan matang, jauh-jauh hari sebelumnya, dari Afghanistan. Serangan terorisme dilancarkan lantaran mereka menilai AS bertanggung jawab atas konflik yang melanda dunia Muslim.

Sebanyak 19 orang bertugas membajak pesawat. Mereka bekerja dalam tim, di mana tiga tim berisikan lima orang, sedangkan tim satunya lagi - yang gagal menabrak Gedung Putih - beranggotakan empat orang. Setiap kelompok memiliki seseorang yang telah menjalankan pelatihan pilot dari sekolah terbang di AS sendiri.

Kurang dari sebulan usai serangan terorisme beruntun, Presiden AS, George Bush, memimpin invasi ke Afghanistan. Dengan dukungan dari koalisi internasional, mereka berfokus membasmi Al-Qaeda sekaligus memburu bin Laden.

Namun, pasukan AS baru menemukan bin Laden pada 2011, kemudian membunuh pimpinan Al-Qaeda itu di Pakistan. Meski sang pemimpin sudah dieksekusi, jaringan ekstremis tersebut dikhawatirkan masih eksis.

Puluhan Tahun Mengenang Tragedi 9/11

Tragedi 9/11 tak cuma meninggalkan luka bagi keluarga korban, melainkan juga memberikan pelajaran untuk Pemerintah AS. Betapa tidak, keamanan penerbangan mulai diperketat usai peristiwa naas itu berlangsung, guna mencegah pembajakan pesawat terulang kembali.

Di samping itu, untuk menghormati para korban, dibangunlah Monumen dan Museum 9/11 di New York. Museum ini menceritakan kembali tragedi menara kembar WTC melalui beragam media, narasi, dan koleksi artefak yang autentik.

Salah satunya, koleksi rekaman pesan suara terakhir dari penumpang, awak, dan pekerja kantor yang termasuk di antara 2.997 korban tewas ketika teroris membajak pesawat dan menabrakkannya ke Menara Kembar, Pentagon, serta sebuah lapangan di Pennsylvania. (Nurisma)

Komentar
Banner
Banner