bakabar.com, JAKARTA - "Begitu Anda mulai meletakkan kata-kata di atas kertas, Anda menghilangkan kemungkinan." Ungkapan itu dilontarkan Joan Didion, seorang esais Amerika untuk menggambarkan bagaimana selembar kertas menampung rasa dan peristiwa.
Kertas berasal dari pohon, dan pohon menjadi pokok keberlangsungan kehidupan. Hal itulah yang mendasari pemikiran Julius Sterling Morton, seorang berkebangsaan Amerika yang getol menyuarakan pentingnya menanam pohon.
Kala itu di tahun 1872, Morton yang berprofesi sebagai jurnalis pindah domisili ke Nebraska dan membeli lahan 160 hektar. Semua lahan tersebut ditanami dengan pepohonan dan semak-semak.
Ketertarikan Morton terhadap pengetahuan mengenai pepohonan ini lantas dituangkan di media massa tempatnya bekerja. Saat itu, Morton menjadi editor surat kabar pertama yang bernama Nebraska City News.
Dalam tulisannya, Morton memberikan penekanan tentang pentingnya ekologi bagi Nebraska. Pembaca ternyata merespons positif gagasan Morton. Banyak pembaca dan masyarakat setempat merasa Kota Nebraska masih kekurangan hutan dengan berbagai pepohonannya.
Berangkat dari itu, Morton gigih melakukan reservasi hutan dan sangat berjasa dalam memberikan pelayanan yang terkoordinasi dengan para petani. Sejuta pohon yang berhasil ditanam pun menjadi dedikasi nyata dari niatannya melindungi bumi.
Mencintai Pohon dengan Paperless
Era paperless merupakan wujud alternatif, di mana gagasan hingga fakta dapat didokumentasikan secara digital. Namun, kertas tetap memiliki fungsi fundamental sebagai penunjang kehidupan.
Mulai dari media tulis konvensional, alat pembersih, transaksi, hingga dekorasi. Nyaris semua orang pernah menggunakan unsur kertas atau kertas itu sendiri.
Layaknya sumber daya alam lain yang digunakan untuk menunjang kehidupan, kertas pun berasal dari alam.
Pohon Akasia merupakan tumbuhan yang menjadi salah satu sumber bahan baku untuk membuat kertas, selain akasia beberapa pohon lainnya juga bisa digunakan sebagai bahan baku seperti cemara dan pinus.
Selembar kertas yang digunakan terbuat dari serat pohon yang sudah melalui serentetan proses produksi yang terbilang panjang, hingga akhirnya sampai ke tangan kita.
Sebatang Pohon Menjadi Bubur Kertas
Kertas terbuat dari pohon yang dipilih berdasarkan lokasi dan jumlah pohon di wilayah produksinya. Untuk di Indonesia, pohon yang sering digunakan sebagai bahan bakunya adalah akasia, berbeda dengan Amerika yang lebih banyak menggunakan cemara dan di China menggunakan bambu.
Pohon-pohon ditebang dan batangnya dikumpulkan untuk dibersihkan lalu dipotong sampai menjadi bagian-bagian kecil. Setelah itu, kayu dalam potongan kecil pun dimasukkan ke dalam mesin untuk dimasak.
Pada proses ini, tekstur kayu akan mengalami perubahan signifikan dari keras menjadi lembut dan berserat, proses ini lebih dikenal dengan nama pulping atau pelunakan kayu menjadi semacam bubur berserat.
Setelah bubur kertas siap, selanjutnya akan dilakukan proses bleaching dengan tujuan mengurangi kandungan lignin dan membuat warna kertas menjadi putih. Metode bleaching di zaman sekarang juga terbilang baik, karena menggunakan bahan yang lebih ramah lingkungan.
Pulp atau bubur kayu berserat itupun dicampurkan dengan pewarna, pencerah dan air sesuai dengan kebutuhan produksi, kemudian dimasukan ke dalam mesin dengan roda raksasa berkecepatan tinggi.
Dengan kecepatan ini maka bubur kertas akan mendapat tekanan sehingga bentuknya akan mengeras dan sudah menjadi kertas yang kemudian dikumpulkan menjadi gulungan raksasa, untuk selanjutnya dibentuk menjadi beberapa ukuran yang berbeda sesuai kebutuhan.
1 Ton Kertas Menebang 12 Pohon di Hutan
Menurut conservatree.org jumlah kertas yang dihasilkan dari pengorbanan sebatang pohon yaitu 1 rim kertas dibuat dengan memakai 6% dari pohon, di mana satu pohon menghasilkan 16.67 rim kertas.
Artinya, satu ton kertas membutuhkan sekitar 12 pohon. Sedangkan khusus untuk kertas majalah yang lapis glossy akan memakai lebih dari 15 pohon.
Penggunaan kertas tidak berhenti sebagai media tulis atau cetak semata. Setiap hari kita pasti menggunakan unsur kertas, semisal tisu atau pembersih berbahan kertas lainnya.
Tanpa sadar kalau perilaku boros kertas itu ternyata turut membantu laju penguranga hutan (deforestasi), di mana ada jutaan pohon hutan yang ditebang untuk memenuhi kebutuhan itu.
Kembali pada ungkapan Didion di awal, mengenai segala kemungkinan yang diciptakan oleh kata-kata di selembar kertas. Maka, bisa saja kalau kemungkinan itu digunakan untuk meletakkan imbauan tentang pelestarian alam.