bakabar.com, JAKARTA – Tekanan rupiah masih belum berakhir, karena terus melemah dalam awal perdagangan, Senin (20/6).
Sebelumnya sepekan lalu, rupiah terpuruk nyaris 2 persen melawan dolar Amerika Serikat hingga menyentuh level terlemah sejak Oktober 2020.
Sementara dalam awal perdagangan, nilai tukar rupiah berada di level Rp14.840 per dolar Amerika Serikat atau melemah 8 poin dari sebelumnya.
Dilansir dari CNN, mata uang lain di asia terpantau bervariasi, tetapi didominasi berada di zona merah. Yen Jepang melemah 0,04 persen, won Korea Selatan melemah 0,39 persen, dan baht Thailand minus 0,22 persen.
Lalu peso Filipina melemah 0,34 persen, yuan China melemah 0,18 persen, dan ringgit Malaysia melemah tipis 0,01 persen. Sedangkan dolar Singapura menguat 0,12 persen dan dolar Hong Kong terpantau stagnan.
Begitu juga dengan mata uang utama negara maju yang bervariatif. Terpantau euro Eropa minus 0,03 persen, poundsterling Inggris minus 0,18 persen, rubel Rusia melemah 1,05 persen.
Sebaliknya dolar Australia menguat 0,13 persen, franc Swiss menguat 0,09 persen dan dolar Kanada menguat 0,14 persen.
“Rupiah diperkirakan masih akan tertekan dengan risk off sentiment di pasar diperkirakan masih berlanjut dan membuat pelaku pasar menghindari aset dan mata uang berisiko,” papar Lukman Leong, analis DCFX.
“Investor juga masih mencermati dan menunggu hasil rapat bulanan yang akan diumumkan Bank Indonesia. Pasar menaruh harapan untuk kenaikan suku bunga BI sebesar 25 basis poin di tengah tekanan inflasi yang meningkat,” pungkasnya.