bakabar.com, JAKARTA - Munculnya perasaan tertekan, cemas, atau tegang karena suatu hal seringkali disepelekan. Padahal, itu adalah beberapa gejala awal yang menandakan seseorang tengah mengalami gangguan kesehatan mental.
Hal itu sebagaimana disampaikan Dosen Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Gadjah Mada (UGM), Yayi Suryo Prabandari. Menurutnya, gejala gangguan kesehatan mental bisa dilihat dari munculnya beberapa penyakit tertentu sampai menimbulkan stres.
Penyebabnya, sambung Yayi, karena ada perasaan tertekan, cemas, atau tegang yang lantas menuntut tubuh seseorang untuk melakukan penyesuaian. Penyebab timbulnya stres ini juga berkaitan dengan faktor lain.
Adapun faktor penyebab stres itu meliputi pekerjaan hingga ekonomi, relasi hubungan dengan pasangan, serta orang tua yang tidak harmonis. Imbasnya, berdampak pada gangguan secara fisik, pikiran, maupun emosional.
“Gejala umum pada gangguan fisik adalah mudah kelelahan, pusing, diare, tekanan darah naik, mual, sakit di dada, gemetar, sakit perut, sulit tidur, susah bernafas, peningkatan detak jantung, dan gatal-gatal di kulit,” papar Yayi, dikutip dari ugm.ac.id, Jumat (17/2).
Sementara itu, gangguan pikiran ditunjukkan dengan kesulitan berkonsentrasi, mudah lupa, sulit mengambil keputusan, distorsi, berpikir irasional, sulit mengingat, paranoia, kesulitan menyelesaikan masalah, dan gagal fokus.
Adapun gangguan pada emosional dan tindakan dapat dilihat dari kebiasaan seseorang yang mudah marah, menarik diri, sering terlambat, terlalu sensitif, menyelesaikan masalah dengan pelarian ke minuman keras, obat dan rokok.
“Lalu, gangguan dalam hubungan interpersonal dan perubahan pada pola tidur dan pola makan,” tambahnya.
Bisa Menjurus pada Keinginan Bunuh Diri
Jika gejala yang demikian dibiarkan berlarut-larut, kata Yayi, stres berlebihan bisa menjurus pada kondisi depresi. Ini ditandai dengan munculnya perasaan sedih berlebihan, kehilangan minat dan kesenangan, perasaan merasa tidak berguna.
Juga, mengalami gangguan tidur dan gangguan selera makan, menjadi tidak bersemangat, mengalami konsentrasi rendah, bahkan muncul perasaan tidak berdaya. Parahnya lagi, itu dapat menjurus pada keinginan untuk bunuh diri.
“Depresi ini sangat berbahaya jika punya ide bunuh diri, dimulai dari mengurung diri maka bisa memunculkan seseorang untuk ide bunuh diri,” beber Yayi.
Untuk itu, Yayi menegaskan betapa pentingnya sosialisasi pada orang tua dan guru di sekolah terkait gejala awal gangguan kesehatan mental. Dengan demikian, dapat mendeteksi bila ada remaja yang mengalami gangguan tersebut di tahap awal.
“Gejala depresi ringan dan sedang bisa konsultasi dengan profesional. Sayangnya, tidak semua daerah punya psikolog di puskesmas, apalagi ini belum menjadi program prioritas nasional,” ujar Ketua Health Promoting University (HPU) UGM itu.
Meski demikian, setidaknya remaja maupun orang tua mulai menyadari pentingnya kesehatan mental. Hal tersebut ditunjukkan dengan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2018.
Survei itu melaporkan lebih dari 19 juta penduduk berusia di atas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional. Sedangkan, lebih dari 12 juta penduduk lainnya mengidap depresi.