Info Kesehatan

Jangan Makan Sembarangan, Bisa Jadi Sebabkan Diare

Diare merupakan kondisi di mana terjadi perubahan frekuensi buang air besar yang disertai perubahan konsistensi

Featured-Image
Ilustrasi diare (Foto: dok. Alodok)

bakabar.com, JAKARTA - Pernahkah Anda merasa sakit perut, bahkan sampai sering buang air besar, usai mengonsumsi makanan tertentu? Kalau demikian, barangkali itu pertanda Anda sedang mengalami diare.

Diare merupakan kondisi di mana terjadi perubahan frekuensi buang air besar yang disertai perubahan konsistensi. Itu berarti, tinja yang dihasilkan menjadi lebih lembek atau cair, juga frekuensinya meningkat.

Medical Officer PT Kalbe Farma Tbk, Kristia Arvi Ardiani, mengatakan diare bisa dialami semua usia, baik anak-anak, remaja, dewasa, atau lansia sekali pun. Hal itu dikarenakan penyebabnya tergolong universal, yakni infeksi atau tidak cocok dengan makanan.

“Bisa dikatakan, hampir semua orang pernah mengalami diare. Itu karena dari penyebabnya pun bisa infeksi atau tidak cocok dengan makanan. Jadi memang bakal mudah dialami oleh semua orang,” ujarnya dalam Instagram Live @ptkalbefarmatbk, dikutip Kamis (23/2).

Selain kedua faktor itu, Avi menyebut diare juga bisa disebabkan penularan infeksi melalui fekal oral. Semisal, ketika seseorang yang mengalami diare pergi ke kamar mandi, dia tidak mencuci tangannya dengan bersih.

Orang itu lantas memegang gagang pintu, yang notabene bakal dipegang pula oleh orang lain yang hendak menggunakan kamar mandi. “Nah, ketika orang lain pegang gagang pintu itu lalu gigit jari, maka orang itu bisa terkena diare,” jelas Avi.

Ada Dua Tipe Diare

Avi menyebut diare sendiri terbagi lagi menjadi dua tipe. Pertama, diare akut yang terjadi kurang dari dua minggu. Tipe ini disebabkan makanan terkontaminasi atau terinfeksi virus, bakteri, juga parasit. 

Penyebab lainnya adalah perubahan pola asupan, di mana sistem pencernaan belum terbiasa dengan asupan yang baru dikonsumsi. Pada kondisi ini, diare bisa sembuh dengan sendirinya, namun butuh penanganan segera jika disebabkan infeksi.

Adapun tipe kedua, sambung Avi, adalah diare kronis. Tipe ini terjadi selama lebih dari dua minggu yang disebabkan terjadinya malabsorbsi atau gangguan penyerapan, seperti orang yang memiliki intoleransi gluten, laktosa, fruktosa. 

“Bisa juga karena penyakit yang terdapat peradangan di saluran cerna, seperti IBD (Inflammatory Bowel Disease) atau IBS (Irritable Bowel Syndrome),” pungkasnya.

Terlepas dari tipenya, diare perlu diwaspadai ketika berlangsung lebih dari tiga hari meski sudah dibantu dengan oralit. Terlebih lagi, bila muncul gejala lain, seperti demam, mual, muntah, sakit perut, atau perut terasa keram.

Selain itu, perlu diwaspadai pula kalau terdapat lendir atau darah pada tinja yang dikeluarkan. Intensitas buang air besar pun perlu diperhatikan; manakala terlalu sering, segera periksa ke dokter.

Tips Mengatasi Diare

Untuk mencegah diare, Avi membeberkan salah satu caranya ialah mengatur gaya hidup dan makanan yang dikonsumsi. Mengingat, gangguan saluran cerna secara kronik membutuhkan penatalaksanaan yang komprehensif.

Kalau pun kadung terjangkit diare, cara untuk mengatasinya agar tidak semakin parah adalah minum air putih yang cukup. Bila diperlukan, penderita juga dapat menambahkan cairan oralit yang mengandung garam dan gula.

“Kalau diare, yang perlu kita waspadai adalah jangan sampai terjadi dehidrasi, karena saat diare banyak cairan tubuh yang hilang, karena keluar terus lewat feses. Cairan tubuh juga hilang beserta elektrolit-elektrolit yang memang untuk tubuh,” beber Avi.

Apabila cairan oralit tidak membantu, sambung Avi, bisa ditambahkan obat-obatan dengan kandungan adsorben supaya menghentikan diare. Di antaranya, attapulgite, pectin, karbon aktif, dan bismuth.

Editor


Komentar
Banner
Banner