Kalsel

Jaga Perdamaian, LK3 Banjarmasin dengan Wahid Foundation Gelar Workshop di Tanah Laut

apahabar.com, BANJARMASIN – Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3) bekerja sama dengan Wahid Foundation menggelar sosialisasi…

Featured-Image
Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3) bekerja sama dengan Wahid Foundation menggelar sosialisasi pengembangan desa damai. Foto: Istimewa

bakabar.com, BANJARMASIN – Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3) bekerja sama dengan Wahid Foundation menggelar sosialisasi pengembangan desa damai.

Kegiatan tersebut dilaksanakan di Aula Kantor Kecamatan Bumi Makmur, Tanah Laut (Tala), Kalimantan Selatan (Kalsel), Minggu (28/11).

Kegiatan tersebut diikuti oleh 35 peserta yang terdiri dari para pemuda di Desa Handil Birayang Bawah, Kecamatan Bumi Makmur, Tala, Kalsel.

Asisten Direktur Wahid Foundation, Visna Vulovik, mengatakan bahwa program desa damai merupakan sebuah gerakan untuk menumbuhkan nilai-nilai demokratis dan berkeadilan terhadap keberagaman.

Alasan dipilihnya Desa Birayang Bawah sendiri, kata Visna, lantaran wilayah tersebut merupakan kawasan yang cukup homogen. Serta menjadi jalur lalu-lintas antar wilayah di Kalsel.

Terlebih, kata Visna, jika nanti ibukota negara baru akan pindah di Kalimantan Timur, praktis Kalsel akan jadi wilayah penyangga yang berarti akan semakin besar potensi terjadinya konflik.

Visna berharap, dengan program desa damai ini, masyarakat setempat bisa lebih memiliki daya tahan terhadap konflik sosial.

“Para peserta diharapkan bisa menyaring informasi ataupun konflik di masyarakat. Serta menularkan nilai ini ke khalayak lain,” katanya.

Sementara, kata Visna, ideologi yang dapat memecah belah kehidupan, adalah pemahaman baru dari luar yang kerap memakai dalil agama. “Padahal, ulama-ulama kita seperti tuan guru sekumpul sering menyampaikan nilai keberagaman, tetapi ada saja nilai dari luar yang membuat kita bermusuhan antar umatnya.”

Kata Visna, sumber konflik yaitu persepsi (pemahaman), ekonomi, keyakinan dalam beragama, suku dan etnis. “Kondisi-kondisi itu hampir terjadi di desa-desa penyangga,” ucap anggota aktif South East Asia Network (SEAN CSO) itu.

Senada dengan Visna, Ketua LK3 Banjarmasin Abdani merasa perlu adanya penanaman nilai toleransi dan kedamaian itu di desa-desa terpencil, yang rentan akan dimasuki pemahaman ekstremisme dari luar.

Konsep desa damai, menurutnya lewat pemberdayaan ekonomi dan pemberdayaan perempuan, sangatlah penting sejak dini dalam menanamkan nilai keberagaman tersebut.

“Lewat kerjasama ini, Wahid Foundation dan LK3 Banjarmasin maka bersinergi dalam mendorong nilai-nilai itu. Dengan kolaborasi ini, kita akan intens dan lebih kuat,” ujarnya.

Selama tiga hari, kata Abdani, masyarakat desa Handil Birayang Bawah diberikan pelatihan serta penanaman nilai lewat games (permainan) ala toleransi, yang disisipkan secara berkala dengan beberapa orang bahkan berkelompok.

Salah satu pemuda desa, Alif mengaku bersyukur dapat mengikuti kegiatan ini demi memahami nilai toleransi antar umat beragama, etnis dan lainnya. Dia melihat, potensi desanya perlu ditingkatkan lagi karena perkembangan zaman kian pesat.

“Menurut saya kegiatan ini sangat bagus, sehubungan di desa ini belum ada pembentukan desa damai. Tanpa nilai itu tentu rentan akan konflik,” ucap Alif.

Bahkan yang diajarkan, kata Alif, pengertian konflik secara detail sehingga dapat dipahami jika sewaktu terjadi di antara kalangan masyarakat. “Kadang kita melihat konflik itu cuma dari segi besarnya aja, tidak hal yang kecilnya. Misalnya dari keluarga, kita lakukan pendekatan itu,” tandasnya.

Komentar
Banner
Banner