Investasi Sektor Swasta

Investasi Jangka Panjang Asia Tenggara, Bain & Company: Prospeknya Positif

Lembaga Konsultan Bain & Company 2023 memandang prospek jangka panjang untuk investasi modal swasta di Asia Tenggara tetap positif.

Featured-Image
Logo KTT ASEAN Summit 2023 di Bundaran HI, Jakarta, Jumat (27/1/2023). Indonesia akan menjadi tuan rumah bagi perhelatan KTT ASEAN Summit 2023, pertemuan tersebut akan dilaksanakan pada bulan Mei mendatang di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, (NTT). Foto: ANTARA

bakabar.com, JAKARTA - Laporan Ekuitas Swasta Asia Tenggara Lembaga Konsultan Bain & Company 2023 memandang prospek jangka panjang untuk investasi modal swasta di Asia Tenggara tetap positif, terlepas dari ketidakpastian jangka pendek.

“Asia Tenggara tetap menjadi tempat yang menarik untuk menyebarkan modal dalam jangka panjang. Fundamental pasar ada dan investor akan dapat menemukan peluang menarik," kata Penasihat Senior Praktik Ekuitas Swasta Global Bain yang berbasis di Singapura Suvir Varma dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu (26/4).

Analisis Bain menunjukkan bahwa kondisi ekonomi makro di Asia Tenggara lebih tangguh daripada wilayah Asia Pasifik lainnya. Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) riil di Asia Tenggara tetap kuat, sementara indeks terkait inflasi tetap moderat.

Selain itu, ketegangan geopolitik yang sedang berlangsung antara Amerika Serikat (AS) dan China akan terus menciptakan peluang bagi bisnis Asia Tenggara.

Baca Juga: Miliki Keunggulan, BKPM: Indonesia Tujuan Investasi Manufaktur Global

Seperti biasa, kata Suvir, tantangan bagi investor yaitu melakukan berbagai hal dasar dengan baik, seperti mencari penawaran bagus dan mendorong nilai portofolio di perusahaan. Menurut survei Bain, investor semakin meningkatkan pengalihan penekanan pada penciptaan nilai ke upaya yang berfokus pada biaya dalam bisnisnya.

Namun, persaingan akan semakin ketat untuk beberapa aset dan beberapa ekspansi tidak akan lagi menjadi pendorong pengembalian yang berkelanjutan.

"Hal itu memberi lebih banyak tekanan pada investor untuk menciptakan nilai selama periode kepemilikan mereka," tuturnya.

Meski fundamental makro jangka panjang Asia Tenggara tetap kuat, ia mengungkapkan pasar ekuitas swasta di kawasan ini sempat mengalami perlambatan dalam aktivitas transaksi pada tahun 2022.

Baca Juga: Bank Swasta Catat Kinerja Positif di 2022, CSA: Diselamatkan UMKM

Nilai kesepakatan di Asia Tenggara mengalami penurunan sebesar 52 persen pada tahun 2022 dibandingkan tahun sebelumnya, dengan jumlah kesepakatan yang juga menurun sebesar 15 persen.

Singapura dan Indonesia terus menarik sebagian besar modal investasi di Asia Tenggara pada tahun lalu, yakni lebih dari 80 persen nilai dan jumlah kesepakatan kawasan. Tetapi, aktivitas di semua kawasan menurun sepanjang tahun.

Suvir menambahkan, internet dan teknologi terus memimpin sebagai sektor investor utama di setiap negara, dengan layanan kesehatan dan keuangan diposisikan sebagai sektor terbesar kedua dan ketiga di seluruh geografi.

Editor
Komentar
Banner
Banner