Kalsel

Intake Belum Pindah, PDAM Batola Ikut Terimbas Asam Sungai Barito

apahabar.com, MARABAHAN – Peningkatan keasaman air Sungai Barito, ikut mempengaruhi kualitas produksi PDAM Barito Kuala. Setidaknya…

Featured-Image
Menggunakan intake di Marabahan, air PDAM Batola masih kerap terimbas keasaman Sungai Barito. Foto-Istimewa

bakabar.com, MARABAHAN – Peningkatan keasaman air Sungai Barito, ikut mempengaruhi kualitas produksi PDAM Barito Kuala.

Setidaknya dalam dua pekan terakhir, air Sungai Barito berasa lebih asam. Imbasnya tak kurang 2.580.000 ekor ikan mati dalam 258 keramba jaring apung di Marabahan dan Bakumpai.

Situasi tersebut juga berimbas kepada kualitas produksi PDAM Batola. Tidak sedikit pelanggan yang mengeluhkan kondisi tersebut.

“Keasaman air paling terasa kalau menyikat gigi. Bahkan sampai lidah terasa lebih pendek,” seloroh Akbar, warga Jalan Panglima Wangkang Marabahan.

Sementara PDAM Batola memang mengakui sedikit kesulitan, mengingat kualitas air baku dari intake di Kelurahan Ulu Benteng menurun sejak akhir Desember 2019.

“Asam semakin meningkat seiring peningkatan curah hujan, karena pirit di sungai-sungai kecil ikut terbawa ke Sungai Barito,” jelas Kasubag Umum PDAM Batola, Sadono, Jumat (10/1).

“Namun tentu kami berusaha sesuai prosedur, ketika keasaman meningkat dengan menambah komposisi bahan kimia seperti tawas, kaporit, soda as dan kapur,” sambungnya.

Dibandingkan penanganan air asin di akhir-akhir musim kemarau, keasaman lebih dapat ditanggulangi atau setidaknya dikurangi.

“Kalau kondisi air baku bagus, kimia tidak dipakai semua. Tetapi karena kualitas sumber air baku menurun, komposisi otomatis menyesuaikan,” tegas Sadono.

Keasaman air produksi PDAM Batola ditengah puncak musim hujan, diyakini terus berlanjut hingga beberapa tahun kedepan, seandainya pemindahan pipa intake tidak terealisasi.

PDAM Batola memang sudah mulai merealisasikan pemindahan pipa intake dari Ulu Benteng ke Teluk Tamba di Tabukan. Dibandingkan sumber semula, kualitas air di Teluk Tamba dinilai lebih stabil.

Namun demikian, pemindahan tersebut menghabiskan biaya tak sedikit. Dibutuhkan pipa transmisi sepanjang tidak kurang 30 kilometer dari sumber air ke unit distribusi.

“Proses perubahan intake sudah berjalan separuh dan direncanakan berlanjut sepanjang 2020,” papar Sadono.

“Kami sudah mengekspos pemindahan ini kepada Balai Wilayah Sungai (BWS) untuk dibantu, karena pengerjaan tahap pertama sepenuhnya dibiayai Pemkab Batola,” tandasnya.

Baca Juga:OTT Komisioner KPU RI: 'Lampu Kuning' di Pilkada Serentak Kalsel

Baca Juga: IPKM Meningkat, Dinkes Kalsel Akan Sinergi dengan BKKBN

Baca Juga: Polres HST dan Kodim 1002 Barabai Membaur Tanam Pohon

Baca Juga: Bangun Siring Muara Kelayan, Pedagang Beras Akhirnya Bersedia Lepas Lahan

Reporter: Bastian Alkaf
Editor: Syarif



Komentar
Banner
Banner