bakabar.com, JAKARTA - Infertilitas atau kemandulan adalah gangguan pada sistem reproduksi yang menyebabkan kegagalan pada proses terjadinya kehamilan, meski telah melakukan hubungan seksual tanpa alat kontrasepsi dalam kurun waktu lama.
Kemandulan bisa terjadi pada pasangan yang sebelumnya sudah memiliki keturunan, tetapi juga bisa terjadi pada pasangan yang sama sekali belum memiliki anak.
Membahas hal ini, dokter spesialis obstetri dan ginekologi subspesialis fertilitas endokrinologi reproduksi dr Shanty Olivia Jasirwan, Sp.O.G, Subsp. F.E.R mengingatkan pemeriksaan kesuburan tidak hanya dilakukan wanita (istri) tetapi juga pria (suami) untuk mengevaluasi ada atau tidaknya gangguan kesuburan.
"Dari hasil pemeriksaan inilah dokter dapat menentukan terapi dan penanganan kesuburan yang sesuai dengan kondisi masing-masing pasangan," ujar dia yang berpraktik di RS Pondok Indah – IVF Centre, RS Pondok Indah – Puri Indah itu melalui Antara, Kamis (8/7).
Adapun pemeriksaan fertilitas pada wanita terdiri atas pemeriksaan darah, ultrasonografi (USG), histerosalpingografi (HSG), histeroskopi dan laparoskopi.
Shanty menguraikan, pemeriksaan darah dilakukan guna mengetahui adanya ovulasi pada wanita, selain dari riwayat siklus menstruasinya. Tes ini berupa tes hormon progesteron dapat dilakukan pada hari tertentu dalam siklus menstruasi pasien.
Tes hormon lainnya juga dapat dilakukan untuk melihat beberapa kandungan dalam darah, seperti Lutenizing Hormone (LH), Follicle Stimulating Hormone (FSH), prolaktin, dan estradiol yang juga berperan dalam proses reproduksi.
Selanjutnya, pemeriksaan USG untuk dapat menentukan ada atau tidaknya kelainan uterus (rahim), saluran telur, serta ovarium (indung telur). Salah satu hal yang sering ditemukan pada pemeriksaan USG adalah kista ovarium.
Berikutnya, HSG yang dilakukan untuk mengevaluasi kondisi rongga rahim dan saluran telur. Pemeriksaan ini dapat mengungkapkan sejumlah kondisi, seperti penyumbatan saluran telur, pembengkakan saluran telur, ataupun kelainan bentuk rahim.
Selain itu, ada juga proses histeroskopi yakni menggunakan tabung fleksibel panjang (hysteroscope), yang melewati leher rahim untuk mencapai ke dalam rongga rahim. Metode ini digunakan apabila didapatkan kecurigaan abnormalitas dalam rongga rahim dari hasil HSG ataupun USG, seperti mioma, polip, atau jaringan parut dalam rahim.
Terakhir, laparoskopi yang hanya dilakukan apabila pemeriksaan sebelumnya menunjukkan kecurigaan kelainan pada organ tertentu atau jika penyebab gangguan kesuburan tidak dapat ditemukan.
Masalah yang paling umum yang dapat diidentifikasi dengan laparoskopi adalah endometriosis, serta penyumbatan atau penyimpangan pada saluran tuba dan rahim.
Di sisi lain, pemeriksaan fertilitas pada pria umumnya meliputi pemeriksaan fisik, analisis sperma, pemeriksaan darah, pencitraan dan genetik.
Menurut Shanty, pemeriksaan fisik lengkap diperlukan jika memang tidak ada kondisi medis yang muncul. Struktur yang dievaluasi meliputi penis, skrotum, testis, epididimis, spermatic cord, vas deferens, prostat, vesika seminalis, dan kelenjar Cowper’s.
Selanjutnya, analisis sperma yang merupakan pemeriksaan utama fertilitas pria untuk mengukur keberadaan gangguan produksi sperma atau kualitas sperma yang menyebabkan gangguan kesuburan.
"Parameter utama yang dilihat adalah konsentrasi, pergerakan (motilitas) sperma, dan morfologi sperma, selain dari parameter lainnya," kata Shanty.
Pemeriksaan selanjutnya yakni mengukur kadar FSH dan testosteron dalam darah. Pada pria, FSH berperan dalam spermatogenesis (pembentukan sperma). Testosteron berperan dalam spermatogenesis dan stimulasi libido
Berikutnya, ada pencitraan USG yang dapat digunakan untuk menemukan gejala gangguan kesuburan secara lebih mendalam. Bagi pria, USG testis atau buah zakar dapat digunakan untuk mendeteksi kelainan kongenital dan kelainan obstruktif yang menghambat transportasi sperma.
USG testis merupakan pemeriksaan non-invasif awal. Pemeriksaan ini kerap dilakukan bersamaan dengan analisis sperma dan digunakan untuk mengetahui kelainan sistem reproduksi pria termasuk testis dan struktur ekstratestikuler seperti epididimis.
Terakhir, pemeriksaan genetik pada pria yang spermanya kurang serta tidak menunjukkan bukti adanya penyumbatan. Pengujian genetik dapat membantu mengidentifikasi fragmentasi DNA, kerusakan kromosom, atau kemungkinan penyakit genetik yang dapat diwariskan kepada keturunan nantinya.
Shanty menambahkan, pasangan yang telah menikah satu tahun dan berhubungan teratur tanpa alat kontrasepsi tetapi belum juga dikaruniai keturunan dapat diindikasikan mengalami masalah kesuburan atau infertilitas.
Oleh karena itu, menurut dia, ketika persoalan ini mulai menghantui pasutri, tidak ada salahnya untuk segera melakukan pemeriksaan kesuburan.