bakabar.com, JAKARTA – INDEF memprediksi Bank Indonesia (BI) akan menahan kenaikan suku bunga acuan pada bulan februari 2023. Jika dilihat dari tingkat inflasi, posisi Indonesia saat ini dalam posisi yang lebih stabil.
Hal itu disampaikan oleh peneliti Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Abdul Munaf. Menurutnya, belum terlihat adanya dorongan bagi Bank Indonesia untuk kembali menaikan suku bunga acuan.
“Sehingga dorongan untuk menaikan suku bunga tidak begitu tinggi, di sisi lain inflasi inti pun sudah bergerak lebih rendah,” ujarnya kepada bakabar.com, Senin (23/1).
Selain itu, BI dinilai masih menunggu keputusan tingkat suku bunga dari bank sentral amerika atau The Fed. Selama tahun 2022, terhitung dari Maret sampai Desember, The Fed telah melakukan kenaikan suku bunga secara agresif.
Baca Juga: Bank Indonesia Kembali Naikkan Suku Bunga Acuan 5,75 Persen
Terpantau kenaikan suku bunga The Fed selama kurun waktu tersebut, sebesar 425 bps atau pada kisaran 4,25-4,5 persen. Pada waktu yang sama, BI juga membuat kebijakan serupa dengan menaikan suki bunga acuan sebesar 225 bps alias 2,24 persen.
“Jadi kita lihat nanti apakah the Fed akan menaikan suku bunga secara agresif atau tidak,” jelasnya.
Pada kenaikan terbaru, Bank Indonesia menetapkan suku bunga acuan atau BI 7 days reverse repo rate (BI7DRR) sebesar 25 basis point menjadi 5,75 persen, untuk bulan Januari 2023.
Menurut Abdul, kenaikan tersebut merupakan langkah awal dari BI sebelum penetapan suku bunga acuan dari The Fed diumumkan.
Baca Juga: Bank Indonesia Optimis Pertumbuhan Ekonomi 2023 Tetap Kuat
“Saya melihatnya mereka mengambil posisi diawal, sehingga ketika nanti The Fed menaikan suku bunga acuan mungkin di Februari atau Maret, BI tidak lagi menaikan suku bunga acuan yang lebih tinggi,” tutupnya.