bakabar.com, BATOLA – Kendati harga kacang kedelai terus menanjak, produsen tempe di Barito Kuala, tetap berproduksi seperti biasa.
Kenaikan harga kedelai sudah terasa sejak November 2020, ketika harga per kilogram berkisar antara Rp7.600 hingga Rp7.800 dari sebelumnya Rp7.000.
“Harga terus naik dalam seminggu terakhir, sampai akhirnya mendekati Rp10 ribu per kilogram,” jelas Santi, produsen tempe bermerek dagang Harapan Bersama (HB) di Gang Salatiga Marabahan, Selasa (5/1).
“Meski harga kacang mulai mahal, kami terus produksi, karena bahan baku yang dikirim dari Banjarmasin masih tersedia,” imbuhnya.
Mensiasati kenaikan harga kedelai, produsen tidak menaikkan harga penjualan. Mereka hanya mengurangi bobot setiap batang tempe.
“Ketika harga kedelai masih normal, berat satu batang tempe mencapai 5 ons. Namun menggiring kenaikan harga kedelai, timbangan dikurangi menjadi 4,8 ons,” beber Santi.
“Mungkin bisa susut lagi sampai 4 ons, karena dikabarkan harga kedelai bisa mencapai Rp12 ribu per kilogram,” tambahnya.
Setiap batang tempe yang dijual Harapan Bersama seharga Rp5.000. Sementara di tingkat pengecer, harga jual mencapai Rp6.000 hingga Rp7.000.
“Pandemi Covid-19 juga mempengaruhi usaha kami. Sekarang rata-rata produksi kami sebanyak 800 batang per hari,” jelas Santi.
“Sementara sebelum pandemi, kami bisa memproduksi sampai 1.000 batang dari sekitar 350 kilogram kedelai,” tandasnya.