bakabar.com, JAKARTA - Ibu rumah tangga rentan depresi. Kenali gejala depresi dan cari bantuan psikiater profesional jika dibutuhkan.
Banyak perempuan pekerja yang memutuskan menjadi ibu rumah tangga karena ingin mengasuh dan menjadi lebih dekat dengan anak-anaknya. Meski mengambil keputusan ini dengan kesadaran penuh, bukan berarti mereka tak bebas dari tekanan dan stres.
Dilansir dari Healthline yang mengutip sebuah laporan penelitian dari The State of Moms and Dads in America tahun 2022, 28% ibu tinggal di rumah penuh waktu, sedangkan ayah hanya sekitar 7%. Ibu rumah tangga yang banyak berada di rumah ini berpotensi mengalami Stay-at-home mom (SAHM) depression.
Biasanya, ketika perempuan memutuskan menjadi ibu rumah tangga, ia akan mengelola rumah secara penuh, bekerja untuk urusan rumah nyaris 24 jam, menghadapi anak-anak dengan segala masalahnya, dan kesempatan bersosialisasi atau mencari hiburan untuk diri sendiri juga semakin jauh berkurang.
Kondisi ini berpotensi membuat ibu rumah tangga terjebak depresi, apalagi jika tak cukup mendapat dukungan dari suami, atau kerap disalahkan jika terjadi masalah di rumah dan pada anak-anak.
Baca Juga: Diduga Depresi, Ibu 2 anak Ditemukan Tewas Gantung Diri di Tomang
Mengalami rasa lelah dan tak berguna bisa menjadi dampak buruk dari situasi tidak menyenangkan yang dirasakan ibu rumah tangga. Tapi ketika itu terjadi terus menerus bahkan hingga membuatnya kehilangan tujuan hidup dan merasa dirinya bukan orang penting, kondisi itu bisa membuatnya depresi.
"Menjadi ibu rumah tangga bisa membuat seorang perempuan menjadi sangat tertekan," demikian disampaikan oleh Laurel Mellin Ph.D, profesor dari Lembaga Pengobatan Keluarga dan Lingkungan di Universitas California San Fransisco, yang juga penulis buku "The Stress Overload Solution."
Hal yang sama juga disampaikan oleh Dana Dorfman, PhD, seorang psikoterapis di New York dan salah satu pembawa acara podcast mingguan Two Moms on the Couch.
“Ibu yang tinggal di rumah penuh waktu cenderung melaporkan perasaan terasing, kehilangan identitas, dan kehilangan interaksi sosial. Ia akan kesulitan untuk merasakan pencapaian ketika apa yang ia lakukan tak mendapatkan penghargaan," ujar Dana.
Sebenarnya, depresi ibu rumah tangga bukanlah diagnosis formal. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan gangguan depresi yang dialami ibu rumah tangga.
Gejala Depresi Ibu Rumah Tangga
Gejala gangguan depresi yang dialami ibu rumah tangga bisa berbeda-beda, tapi ada gejala inti yang sama, yaitu kehilangan energi dan suasana hati yang selalu murung. Rasa tidak berharga yang kerap muncul sebagai perasaan gagal menjadi orang tua, gagal sebagai pemberi nafkah, dan gagal sebagai pasangan.
Baca Juga: 15 Kegiatan Me Time untuk Ibu Rumah Tangga yang Tak Keluarkan Uang Banyak
Dikutip dari Healthline, perasaan lain yang dialami dan perlu diwaspadai adalah:
merasa sedih, hampa dan putus asa sepanjang hari. Gejala depresi lainnya adalah kehilangan minat atau kesenangan nyaris di semua aktivitas, perubahan berat badan, gangguan tidur, kegelisahan atau memperlambat fungsi motorik, kelelahan ekstrim atau kehilangan energi hampir setiap hari, rasa tidak berharga atau rasa bersalah yang tidak pantas, konsentrasi yang buruk, selalu merasa ragu, suasana hati yang tak stabil, hingga muncul keinginan bunuh diri.
Setiap orang tua bisa mengalami saat-saat kelelahan, suasana hati yang buruk, dan mudah tersinggung, tapi itu semua bisa segera berlalu.
Jadi jika gejala depresi di atas tak segera selesai dan akhirnya mendominasi hidup ibu rumah tangga, maka ia butuh pertolongan psikiater profesional.