bakabar.com kebetulan baru saja membahas upaya pengejaran Herlan bersama salah satu perwira Tim Macan Kalsel usai penangkapan NY.
“Insyaallah mohon doanya [semoga segera tertangkap],” ujar perwira tersebut.
Lika-Liku Perburuan Pembacok Polisi Balangan yang Kabur ke Pegunungan Meratus
Untuk diketahui, tewasnya Dedi Rahman (42) pertama kali diketahui pada Rabu (28/7) siang. Ia ditemukan dalam keadaan bersimbah darah sekitar pukul 11.30. Tubuhnya terdapat beberapa mata luka menganga terutama di bagian leher belakang.
Usai menghabisi Dedi, Herlan dilaporkan melarikan diri ke dalam hutan. Polisi mengatakan diduga pelaku yang juga merupakan residivis kasus pembunuhan kerap berpindah-pindah tempat. Kemungkinan besar saat ini ia sudah melarikan diri ke luar daerah hukum Polres HST.
Detik-Detik Tewasnya Pemuda Gambah HST: Pelaku Tenteng Sajam ke Hajatan
"Pelaku ini kan melarikan dirinya ke dalam hutan. Sedangkan hutan kita ini luas dan bisa ke mana saja. Termasuk ke kabupaten tetangga bahkan ke luar daerah Kalsel," ujar Kasat Reskrim Polres HST, AKP Purnoto, melalui Paur Subbag Humas Aipda M Husaini.
Detik-detik kejadian Dedi tewas itu diungkapkan warga setempat. Dari penuturan Utuk, awalnya Herlan mendatangi acara hajatan pernikahan warga di sana. Lokasinya tak jauh dari rumah korbannya, Dedi.
Ketika itu, dia datang sambil menenteng sebilah parang. Kata Utuk, dia mengatakan kepada warga di sana jika Dedi sudah dibacok.
"Tak ada yang berani mendekati Herlan. Ia seperti orang mabuk," kata Utuk, Rabu (28/7).
Warga yang berada di acara hajatan dan mendengar pernyataan Herlan, sontak langsung mendatangi rumah Dedi.
"Dedi berlumur darah dan sudah tidak bergerak lagi," kata Utuk.
Warga pun, kata Utuk buru-buru membopongnya ke dalam ambulans untuk dibawa ke RSUD Damanhuri Barabai. Namun nyawanya tak tertolong lagi.
Ada mata luka menganga di bagian leher belakang, bahu dan pinggang.
Sementara Herlan sudah melarikan diri dengan menenteng sebilah sajam yang diduga digunakan untuk membacok Dedi.
"Dia lari ke arah perkebunan atau hutan. Kami tidak berani mengejar," aku Utuk.
Saat peristiwa terjadi, Dedi diketahui sedang di rumah sendirian. Istrinya, Inur dan anak berada di acara pernikahan.
Korban memang tak ikut ke pernikahan karena dalam kondisi sakit.
"Jalan pun susah, kalau jalan seperti orang bungkuk. Lehernya tidak bisa menoleh bekas kecelakaan beberapa tahun lalu. Ibarat diajak duel ia tidak bisa melawan," kata salah satu tetangga korban.
Sehari-hari Dedi tidak bekerja. Karena kondisi tubuhnya tak mendukung.
Selama ini sang istrilah yang menjadi tulang punggung keluarga.
"Istrinya bekerja sebagai pembungkus kerupuk untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," terang warga tadi.
Saat kejadian, tidak ada satu orang pun yang berada di lokasi.
"Kalau tidak Herlan sendiri yang mengatakan, tidak ada orang yang tahu (Dedi tewas)," terang Utuk.
Selama ini, dikisahkan warga, hubungan antara keduanya tidak pernah terjadi masalah. Jarak rumah pelaku dan korban hanya sekitar 50 meter.
Herlan diketahui bekerja sebagai tukang bangunan. Hidup hanya berdua dengan sang istri Nurdawati, belum memiliki anak.
Sang istri pun tidak bekerja. Di mata masyarakat, Herlan memang dikenal tertutup atau jarang bermasyarakat.
Hubungan rumah tangganya pun sempat diterpa masalah. Dari cerita-cerita warga setempat, sebelum kejadian terjadi cekcok antara Herlan dan istrinya.
Residivis Pembunuhan
Kabarnya, sang istri sampai diancam ingin dibacok hingga kemudian lari ke arah rumah Dedi. Saat itulah Dedi mencoba menengahi keduanya.
Selengkapnya di halaman selanjutnya: