bakabar.com, JAKARTA – Pernahkah Anda bertemu dengan orang yang lebih suka membeli produk lokal ketimbang sekadar maniak merek? Atau, orang yang tak pernah pusing mengikuti tren fesyen dan gadget terkini?
Kalau demikian, boleh jadi mereka adalah penganut prinsip frugal living. Jhon White dalam tulisan yang berjudul The Frugal Life, and Why We Should Educate for It, mengatakan gaya hidup ini menjadi tren semenjak pandemi covid-19 melanda dunia.
Pandemi yang berlangsung sekira dua tahun itu memberi dampak besar bagi kodisi finansial. Berkaca dari fenomena tersebut, sudah sepatutnya setiap orang memprioritaskan kebutuhan hidup, alih-alih menuruti keinginan semata.
Advisor Forbes, Zina Kumok, mendefinisikan frugal living sebagai suatu gaya hidup di mana berfokus pada prioritas dan sadar akan pengeluaran. Mereka yang ingin menerapkan gaya hidup ini mesti memikirkan tujuan utama dan bagaimana manajemen keuangan mereka membantu mencapai tujuan itu.
"Bagi kebanyakan orang, frugal living terdengar seperti 'kupon diskon' (memangkas pengeluaran supaya lebih hemat), belanja di toko thrift, dan berdiam diri di rumah ketimbang bepergian ke luar. Padahal, makna frugal living lebih besar dari itu," ungkapnya, dikutip dari Wealthsimple, Senin (12/9/2022).
Senada dengan pernyataan tersebut, laman resmi Kementerian Keuangan, djkn.kemenkeu.go.id, juga mengartikan frugal living sebagai konsep di mana seseorang mengalokasikan dana miliknya dengan kesadaran penuh. Pengalokasian itu dilakukan dengan penuh pertimbangan dan analisis yang baik, disertai strategi pencapaian tujuan keuangan masa depan yang jelas.