bakabar.com, JAKARTA - Penampakan awan yang berbentuk mirip UFO di langit Jayapura, Papua, membikin gaduh warganet, Sabtu (11/12).
Kemunculkan awan tersebut kemudian kerap dikaitkan dengan kejadian gempa yang masih terus terjadi di berbagai belahan dunia.
Menyikapi fenomena alam yang terjadi, Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan tentang awan yang memiliki nama Lenticularis itu.
"Awan Lenticularis berbentuk mirip seperti lensa atau piring yang terbentuk karena embusan angin sejajar dengan permukaan bumi," papar Kepala BMKG, Yustus Rumakiek, seperti dilansir Antara.
"Namun awan mendapat hambatan objek tertentu seperti pegunungan, sehingga membuat arus udara bergerak naik secara vertikal," imbuhnya.
Ditegaskan bahwa Lenticularis terbentuk murni sebagai fenomena meteorologis, serta tidak berkaitan dengan gempa bumi.
"Kalau udara naik dan mengandung banyak uap air serta bersifat stabil, selanjutnya uap air akan mulai berkondensasi. Lalu awan mengikuti kontur puncak gunung, ketika mencapai suhu titik embun," beber Yustus.
"Awan ini diindikasi dengan aliran udara tidak beraturan (turbulensi) yang kuat di lapisan atmosfer, sehingga sangat berbahaya untuk penerbangan," sambungnya.
Sebelumnya BMKG telah mengeluarkan hasil monitoring terhadap gempa bumi di Jayapura. Tercatat sebanyak 1.174 kali gempa yang mengguncang sejak 2 Januari 2023.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menjelaskan jumlah tersebut terhitung sampai 11 Februari 2023 pukul 09.45 WIT. Terakhir diketahui gempa M 4,1 terjadi pukul 00.39 WIB.
"Dari jumlah gempa tersebut, sekitar 80 persen tidak dirasakan. Sedangkan 172 kejadian bisa dirasakan masyarakat," jelas Daryono.