Hot Borneo

Hasilkan 6 Ton Per Hektar, Padi Apung Diklaim Potensial di Batola

Meski sebatas percontohan, penanaman padi apung di Barito Kuala (Batola), tampaknya cukup menjanjikan.

Featured-Image
Hasil padi apung di Desa Sampurna, Kecamatan Jejangkit, telah dipanen oleh DPKP Kalimantan Selatan beberapa waktu lalu. Foto: Distan TPH Batola

bakabar.com, MARABAHAN - Meski sebatas percontohan, penanaman padi apung di Barito Kuala (Batola), tampaknya cukup menjanjikan.

Indikatornya adalah hasil panen yang dilakukan di salah satu proyek percontohan di Desa Sampurna, Kecamatan Jejangkit, Rabu (17/5) lalu.

Dalam proyek percontohan tersebut, Batola memperoleh bantuan 500 styrofoam yang tersebar di beberapa desa di Jejangkit dan Mandastana.

"Hasil panen padi apung di Batola mencapai 6 ton per hektar," papar Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kalimantan Selatan, Syamsir Rahman, Rabu (24/5).

"Itu tidak begitu jauh dengan hasil padi apung di Hulu Sungai Utara dan Hulu Sungai Selatan sebanyak 7 ton per hektare," imbuhnya.

Selain hasil yang cukup bagus, padi apung dapat menjadi solusi lahan terdampak banjir.

Baca Juga: Brakkk! Titian Ambruk Ketika Kepala DPKP Kalsel Diwawancarai

Baca Juga: Debit Air Masih Tinggi, Petani di Jejangkit Batola Terancam Gagal Tanam Lagi

Diketahui sebagian besar petani di Jejangkit sudah dua kali mengalami gagal tanam, setelah lahan pertanian mereka ditenggelamkan banjir.

"Selain solusi lahan yang tergenang banjir, petani dimungkinkan melakukan tanam dua kali setahun," tegas Syamsir.

"Ketika musim kemarau normal, mereka dapat menanam secara konvensional. Sementara andai lahan tergenang banjir akibat cuaca ekstrem, petani bisa memanfaatkan padi apung," sambungnya.

Pun inovasi padi apung diklaim mendapatkan dukungan penuh dari Kementerian Pertanian (Kementan) dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).

"Terlebih Kalsel sudah banyak kehilangan lahan pertanian akibat pertumbuhan perumahan dan kebutuhan infrastruktur lain," tukas Syamsir.

Efesien

Disamping memungkinkan petani melakukan tanam dua kali setahun, padi apung juga dinilai efesien tenaga dan waktu.

"Petani tidak perlu mengolah lahan untuk penanaman padi apung," sambung Murniati, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (Distan TPH) Batola.

"Kemudian penggunaan pupuk dan kapur lebih efesien, karena hanya disebar di pot. Sementara pembersihan gulma juga lebih sedikit," imbuhnya.

Sementara peluang keberhasilan juga bagus, karena padi apung yang baru dipanen di Sampurna merupakan varietas lokal.

"Kalau varietas unggul, bisa mencapai mencapai 12 ton per hektar. Artinya masih tersedia solusi untuk mempertahankan Batola sebagai sentra padi, sekaligus menekan inflasi," yakin Murniati.

Baca Juga: Cegah Gagal Panen Saat Banjir, BPP Lampihong Balangan Buat Inovasi Padi Apung

Baca Juga: Inovasi Padi Apung di Rawa Lebak Nagara Perlu Dipikirkan Lagi

"Berkaca dari hasil di Jejangkit, kami sedang berusaha mendapatkan bantuan dari Kementan dan DPKP Kalsel untuk memperbanyak program padi apung di Batola," tambahnya.

Salah satu sasaran bantuan itu adalah pengadaan styrofoam dan pot yang masih menjadi media tanam terbaik padi apung, karena dapat bertahan sekitar tiga tahun.

"Selain styrofoam dan pot, kami mencoba memanfaatkan bahan lain. Seperti bambu dan jeriken untuk menggantikan styrofoam. Kemudian memanfaatkan botol bekas air mineral sebagai pot," jelas Murniati.

"Meski tidak sekuat styrofoam dan pot, setidaknya bahan-bahan pengganti itu lebih murah dan dapat langsung dipraktikkan petani," pungkasnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner