bakabar.com, JAKARTA – Berlawanan dengan kenyataannya, ternyata Februari tak seromantis yang dibayangkan. Banyak pasangan yang justru berpisah di bulan ini.
Perancang informasi David McCandless dan Lee Byron, dikutip dalam viva.co.id, menyebut bahwa jelang dan di Hari Valentine justru banyak pasangan yang berpisah.
Data tersebut mereka dapatkan dari 10 ribu status yang diperbarui dengan kata ‘break up’ atau ‘broken up’ di mana menunjukkan banyak pasangan mulai putus hubungan sepekan jelang 14 Februari hingga sepekan setelahnya. Ada tiga alasan pemicunya, dilansir Your Tango berikut ini penyebabnya.
Tekanan harapan
Valentine identik dengan hari untuk memberikan sesuatu yang menggambarkan cinta. Biasanya hadiah yang diberikan setara dengan besarnya cinta. Banyak pasangan mengharapkan lebih baik itu soal barang hingga perhatian. Jika tak sesuai ekspektasi, tentu kekecewaan itu sangat rentan memicu perpisahan.
Perbandingan dalam media sosial
Bukan rahasia lagi, media sosial menjadi tempat orang untuk membagikan semua pengalaman mereka dari makan, hadiah, tempat berlibur, hingga keintiman hubungan. Sayangnya, hal ini terkadang berlebihan dan tak nyata dibanding apa yang terjadi sehari-hari. Mereka gagal menunjukkan luka, patah hati, gagal, padahal kehidupan juga ada bagian itu.
Penelitian yang dilakukan psikolog Dr. Marian Morry dan Tamara Sucharyna yang dipublikasikan dalam jurnal Computers in Human Behaviour, menemukan bahwa pasangan yang membandingkan kehidupan dan hubungan dengan apa yang mereka lihat dari media sosial, sangat rentan memicu depresi, merasa tidak terpenuhi, dan mengharap pasangan menghidupkan keinginan mereka. Hal ini tentu akan merusak hubungan dan memicu perpisahan.
Hubungan sudah dalam krisis
Sudah mengalami masalah sebelum Hari Valentine ditambah besarnya harapan di hari yang identik dengan cokelat dan warna merah muda itu membuat pasangan akhirnya memilih untuk berpisah.
Menurut studi yang dilakukan pada pasangan pengantin baru oleh psikolog dan peneliti Dr. John Gottman, ketika pasangan tidak konsisten secara emosional untuk hubungan, kemungkinan hal tersebut menekan dalam hubungan (seperti kecewa di Hari Valentine) akan memicu pertengkaran besar yang semakin dramatis.
Editor: Fariz Fadhillah