bakabar.com, BANJARMASIN – Senin, 8 Desember 1980 malam atau tepat 41 tahun silam, setelah menjalani sesi rekaman lagu Walking On Thin Ice, John Lennon dan istrinya Yoko Ono kembali ke apartemen eksklusif mereka di Dakota, New York.
Nahas, begitu melangkah keluar dari limusin, Lennon ditembak mati.
Pentolan The Beatles itu ditembak beberapa kali di bagian dada dari jarak dekat oleh orang tak dikenal. Yoko berteriak histeris meminta pertolongan. Belakangan pelaku diketahui bernama Mark David Chapman.
Dengan tubuh yang berlumuran darah, Lennon segera dibawa menggunakan mobil polisi menuju ke Rumah Sakit Roosevelt untuk mendapatkan pertolongan.
Malang, nyawanya tak dapat diselamatkan. Ia menghembuskan napas terakhir sesaat setelah tiba di ruang gawat darurat.
Dokter menyebutkan, Lennon mengalami pendarahan luar biasa di bagian dada. Paru-paru bagian kirinya terluka cukup parah.
Lennon kehilangan banyak darah akibat penembakan tersebut.
“Kami sudah mencoba menyelamatkannya. Kami membuka dadanya dan memompa jantungnya, tetapi ia sudah sekarat saat polisi membawanya ke rumah sakit,” ucap Dr Stephen Lynn, dokter yang menangani Lennon dilansir CNN.
Jenazah pria kelahiran Liverpool, 9 Oktober 1940 itu lalu dibawa ke Rumah Sakit Belleuve untuk diotopsi.
Peristiwa tragis itu berlangsung begitu cepat. Dalam sekejap, musisi legendaris itu meninggalkan ribuan penggemarnya di seluruh dunia.
Lennon tiba di rumah sakit beberapa menit jelang pukul 11 malam dan dinyatakan meninggal pada jam 23.07 waktu setempat.
Pembunuh John Lennon
Seorang pria diamankan dari TKP beberapa menit setelah peristiwa itu.
Pria tersebut diidentifikasi sebagai Mark David Chapman (25).
Menurut kepolisian setempat, Chapman digambarkan sebagai orang gila yang sering berkeliaran di sekitar lokasi itu.
Chapman, yang berasal dari Hawaii, diketahui terlihat di sekitar Dakota selama beberapa jam sebelum penembakan terjadi.
Ia juga dilaporkan sempat memburu tanda tangan Lennon beberapa kali dalam empat hari sebelum penembakan.
Seorang saksi mata bernama Sean Strub mengaku melihat dengan mata kepalanya sendiri, Chapman tengah mondar-mandir di sekitar TKP dan meninggalkan pistol di lokasi.
Polisi mengatakan mereka lantas menemukan sepucuk pistol revolver kaliber 38 di lokasi kejadian.
Menurut penuturan Strub, Chapman berbadan gemuk dan mengenakan jaket berwarna cokelat.
“Ia hampir mempunyai seringai di wajahnya,” kata Strub.
Cerita serupa juga terlontar dari mulut Nina McFadden. Ia tinggal cukup dekat dari lokasi kejadian naas itu. Sesaat setelah mendengar suara tembakan, Nina melihat sosok pria yang tak lain adalah Chapman, berjalan mondar-mandir dan melemparkan jaketnya ke tanah.
“Saya melihat mereka (John Lennon dan Yoko Ono) melangkah keluar dari limusin. Mereka berjalan ke arah gerbang (apartemen) lalu saya mendengar sekitar empat tembakan, suaranya sangat memekakkan telinga,” katanya.
“Saat itulah saya melihat seorang pria dengan pistol dan menjatuhkan pistol ke tanah,” ujar Nina menambahkan.
Lennon meninggal dalam kesunyian, tak seramai pemberitaan tentang dirinya semasa hidup. James Moran, polisi yang mengemudikan mobil yang membawanya ke rumah sakit mengatakan, tak ada kata-kata terakhir apapun yang terucap dari mulut seorang Lennon.
Lennon juga meninggal tepat tiga minggu setelah merilis album solonya bersama Yoko Ono, Double Fantasy (1980).