News

Harga BBM Subsidi Naik, Pelaku Usaha Sebut Tidak Ada Pilihan Lain

apahabar.com, JAKARTA – Ketua Umum DPD Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) Provinsi DKI Jakarta, Sarman Simanjorang…

Featured-Image
Ketua Umum DPD Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) Provinsi DKI Jakarta, Sarman Simanjorang.

bakabar.com, JAKARTA - Ketua Umum DPD Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) Provinsi DKI Jakarta, Sarman Simanjorang mengungkapkan kebijakan pemerintah menaikan harga BBM subsidi merupakan kebijakan yang tidak dihindarkan.

Kebijakan tersebut tidak bisa dilepaskan dari situasi perang Rusia dan Ukraina mengakibatkan harga minyak mentah dunia melambung tinggi. Asumsi APBN terhadap harga minyak mentah dunia sebesar US$63 per barel berubah menjadi US$105 per barel.

Selisih harga tersebut yang menurut Sarman akan membebani APBN dengan memberikan subsidi yang sangat besar. Sehingga pemerintah telah menganggarkan Rp502,4 triliun untuk subsidi BBM yang terdiri dari subsidi energi sebesar Rp208 triliun dan kompensasi energi sebesar Rp293,5 triliun.

"Jika tidak, APBN kita akan tergerus untuk membiayai subsidi," katanya kepada bakabar.com, Senin (5/9/2022).

Sarman juga menerangkan besaran kenaikan BBM masih di angka yang modera, artinya harga yang ditetapkan masih terjangkau oleh masyarakat sehingga inflasi dan daya beli masyarakat tetap bisa terjaga.

Sarman juga tidak menampik, kenaikan harga BBM tersebut juga akan berpengaruh pada dunia usaha. Meski begitu, pihaknya mengungkapkan para pelaku usaha sudah siap mengantisipasi dan menyesuaikan.

Di sisi lain, ia juga berharap agar pemerintah mampu mengambil kebijakan yang tepat atas dampak kenaikan BBM. Misalnya, seperti kenaikan tarif transportasi dan logistik harus seimbang. Langkah tersebut perlu dilakukan agar dapat mengendalikan harga pokok pangan dan gas, sehingga mampu mengendalikan dan menjaga inflasi dan konsumsi rumah tangga.

"Sehingga pertumbuhan ekonomi kita di Kuartal III dan IV 2022 tetap di atas 5 persen. Dengan harapan terjaganya daya beli/konsumsi rumah tangga maka omzet pelaku usaha tidak turun secara drastis, sehingga tidak menurunkan produktivitas pelaku usaha," katanya.

Sarman bersama pelaku usaha juga mengajak kepada berbagai kalangan agar dapat memahami kebijakan pemerintah yang menaikan harga BBM bersubsidi. Kebijakan tersebut dilakukan untuk menjaga daya tahan ekonomi di tengah gejolak ekonomi global yang sedang menunjukan ketidakpastian.

Saat ini kondisi ekonomi Indonesia, kata Sarman, tumbuh 5,01 persen di Kuartal I 2022. Jumlah tersebut mengalami pertumbuhan positif sebesar 5,44 persen di Kuartal II 2022, dengan inflasi sebesar 4,94 persen pada bulan Juli 2022.

"Artinya proses pemulihan ekonomi kita berjalan baik, produktivitas dan geliat ekonomi kita tumbuh positif dan konsumsi rumah tangga masih terjaga dengan baik. Momentum dan kondisi ini harus kita jaga bersama. Mari kita ciptakan iklim usaha dan investasi yang kondusif agar calon investor tidak ragu masuk ke Indonesia," jelasnya.

Sebelumnya, pemerintah melalui Menteri ESDM Arifin Tasrif telah mengumumankan kenaikan harga BBM subsidi, Sabtu (3/5/2022). BBM subsidi yang mengalami kenaikan di antaranya jenis Pertalite subsidi yang sebelumnya berharga Rp7.650 liter mengalami kenaikan menjadi Rp10.000 per liter.

Adapun BBM subsidi lainnya yang mengalami kenaikan adalah Solar subsidi yang sebelumnya berharga Rp5.150 per liter mengalami kenaikan menjadi Rp6.800 per liter. Sedangkan BBM non subsidi jenis Pertamax juga mengalami kenaikan harga dari Rp12.500 per liter menjadi Rp14.500 per liter.



Komentar
Banner
Banner