bakabar.com, BANJARMASIN - Pembangunan Tempat Penampungan Sementara 3R (TPS 3R) yang difasilitasi Dinas Lingkungan Hidup (DLH) di Jalan Jahri Saleh RT 10, Kelurahan Sungai Jingah, Kecamatan Banjarmasin Utara, diprotes sejumlah warga.
Selasa (29/8) siang, sekitar pukul 11.00 Wita, salah seorang warga yang memprotes pembangunan TPS, mengaku sempat hendak dipukul seseorang. "Saya tidak tahu dia pekerja atau bukan. Sepertinya preman suruhan," ujar Rifani.
Insiden itu terjadi, ketika Rifani mendatangi sejumlah pekerja yang bersiap melakukan pekerjaan pembangunan TPS 3R. Ketika itu, Rifani merasa perlu meminta agar pekerja menunda dahulu pembangunan, lantaran masih ada warga yang tak setuju adanya TPS 3R itu.
Kepada Rifani, para pekerja mengaku sudah mendapat izin membangun. "Saya tanyakan mana izinnya. Soalnya, masih ada warga yang menolak. Tahu-tahu, langsung ada yang menantang berkelahi. Saya juga sempat didorong tadi," ceritanya.
Beruntung, ada warga yang melihat dan melerai. Sehingga hal yang tidak diinginkan pun tidak terjadi.
Rifani bilang, penolakan pembangunan TPS 3R berasal dari sejumlah warga yang rumahnya bersisian dengan lahan yang hendak dibangun TPS.
Selain karena bakal menimbulkan bau hingga dianggap mengundang sumber penyakit, harga jual tanah juga bisa menurun.
Adapun untuk penolakan, menurutnya sudah dilayangkan dua kali ke kelurahan setempat. Pertama, pada Kamis (3/8) dan kedua, pada Senin (28/8) tadi.
Berdasarkan surat penolakan, setidaknya ada sebanyak 21 warga yang tidak setuju dengan pembangunan itu.
Selain itu, warga yang protes juga sudah memasang spanduk penolakan di lahan yang akan dibangun TPS 3R.
Dituturkan Rifani, pada tahun 2018 lalu, pembangunan TPS 3R juga pernah hendak dilakukan. "Namun, gagal lantaran diprotes beberapa warga," ujarnya.
"Yang setuju pembangunan, warga yang tinggal di kawasan belakang. Kami di sini yang bersentuhan langsung dengan TPS 3R masih tidak setuju," tegasnya.
Di sisi lain, pada saat rapat rencana pembangunan pun, yang kata Rifani digelar di sebuah masjid, warga yang tidak setuju justru tidak diundang.
"Kami hanya minta ada mediasi. Sejauh ini, kami cuma dijanjikan bakal dimediasi. Tapi, tak kunjung ada realisasi. Ujung-ujungnya, pembangunan sudah mau dimulai," ungkapnya.
Dari hasil pantauan pada Selasa siang, sejumlah pekerja tampak berkumpul dan memulai pekerjaan. Di sekitar lokasi, juga tampak material berupa kayu galam.
Respons DLH Banjarmasin
Dikonfirmasi terkait hal itu, Kepala Bidang Kebersihan dan Pengelolaan Sampah, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Banjarmasin, Marzuki angkat bicara.
Marzuki tak menampik, bahwa hingga saat ini masih ada warga yang tidak setuju dengan pembangunan TPS 3R itu. Namun, ia menepis tudingan bahwa tak ada sosialisasi atau mediasi yang digelar.
"Mayoritas masyarakat mendukung pembangunan itu. Yang melakukan penolakan, hanya sejumlah warga di sekitar lahan yang dibangun," ungkapnya.
Marzuki mengaku sudah memberikan keringanan atau mengalah ketika ada protes. Salah satunya, dengan sedikit menggeser bangunan TPS 3R yang dibangun, agar tidak menghalangi rumah warga.
"Saat itu, warga mengaku pembangunan akan melindungi rumah mereka. Karena tanah yang tersedia itu luas, kami geser pembangunannya," ungkapnya.
Kata Marzuki, beberapa warga terdampak, ketika mediasi, meminta uang ganti hingga mencapai Rp500 juta. "Siapa yang berani," tekannya.
Jack, sapaan akrab Marzuki, menekankan, bahwa selain mayoritas warga mendukung pembangunan, RT hingga lurah setempat juga mempersilakan pembangunan. Karena tujuannya, juga untuk kemaslahatan masyarakat banyak.
"Tapi yang namanya orang yang tidak paham dan mengerti, itu memang sulit. Masa satu orang mengalahkan persetujuan orang banyak," tekannya.
TPS 3R itu merupakan bantuan Kementerian PUPR. Yang pembangunannya, kata Jack dilakukan oleh Bidang Cipta Karya di Dinas PUPR Banjarmasin.
Anggaran yang digelontorkan, lebih dari Rp500 juta. Bersumber dari APBN. "Kami hanya menyiapkan lokasi dan peralatannya," ungkapnya.
Sebelum mendapatkan bantuan, menurut Jack, tentu ada usulan. Termasuk persetujuan warga. Hanya saja di dalam prosesnya, ada sedikit penolakan.
Lalu, ia menjelaskan bahwa sebenarnya pihaknya pun bukan membangun TPS baru. Melainkan, memperbaiki TPS yang lama. Ia pun menegaskan, sebenarnya tidak ada hal yang perlu diprotes.
"Masa kami memperbaiki, warga tidak mau? Di situ kan ada TPS. Itu yang mau kami tutup dan digeser lokasinya ke lahan yang baru. Karena TPS yang ada bersisian dengan fasilitas pendidikan," jelasnya.
Dan yang perlu dipahami, kata dia, TPS 3R itu letaknya memang di lingkungan atau permukiman warga. "Sudah banyak contoh seperti itu," sergahnya.
Ditekankan Jack, TPS 3R bukan seperti TPS pada umumnya. Namun di situ juga ada pemilahan dan lain sebagainya. Adapun operasionalnya, ditangani oleh warga setempat.
Menurutnya, warga semestinya bisa bersyukur karena ada penampungan sampah. Karena untuk kepentingan orang banyak.
"Kalau bau, kan yang menanganinya juga warga di situ. Mereka yang mengelola. Kalau tidak baik, kan tinggal ganti orangnya," cetusnya.
"Kalau keras dan tidak mengerti, mau solusi bagaimana lagi. Alasan yang dikemukakan berlebihan, bisa dimentahkan. Apa yang dikhwatirkan sebenarnya itu tak akan terjadi," imbuhnya.
Lebih jauh, Jack bilang, bahwa ketika pembangunan TPS 3R itu rampung, tak juga ujug-ujug langsung beroperasi.
"Kemungkinan baru bisa beroperasi di tahun 2024 mendatang. Perhatikan banyaknya keuntungan yang didapat. Intinya kami serahkan ke masyarakat. Mereka membutuhkan atau tidak itu tergantung mereka," tandasnya.