Google Maps Picu Ambruknya Jembatan di Kolam Kiri Dalam Barambai Batola

Meski tak berhubungan langsung, Google Maps ikut memicu ambruknya jembatan yang menghubungkan Desa Kolam Kiri Dalam dan Pendalaman di Kecamatan Barambai

Featured-Image
Unit Ident Sat Reskrim Polres Barito Kuala memeriksa kerusakan jembatan yang menghubungkan Desa Kolam Kiri Dalam dan Pendalaman di Kecamatan Barambai, Barito Kuala (Batola), Sabtu (8/10) malam. Foto: Humas Polres Batola

bakabar.com, MARABAHAN - Meski tak berhubungan langsung, Google Maps ikut memicu ambruknya jembatan yang menghubungkan Desa Kolam Kiri Dalam dan Pendalaman di Kecamatan Barambai, Barito Kuala (Batola), Sabtu (8/10) malam.

Jembatan yang terbuat dari kayu ulin itu ambruk sekitar pukul 20.00 Wita, setelah dilewati sebuah mobil pikap Suzuki Carry bermuatan jeruk seberat sekitar 2,5 ton.

Belakangan diketahui pikap bernomor polisi KT 8520 BX tersebut dikemudikan Rizky M (35). Mobil berwarna putih itu juga ditumpangi Susana yang notabene istri Rizky.

Mereka tercatat sebagai warga Jalan H Marbusin Kelurahan Sungai Kapi, Kecamatan Sambutan, Samarinda, Kalimantan Timur.

Beruntung tidak jatuh korban jiwa dalam insiden tersebut, karena mereka berhasil menyelamatkan diri sebelum mobil tenggelam total di sungai.

"Awalnya mereka datang dari arah Kecamatan Wanaraya menuju Sungai Kambat untuk memuat jeruk," papar Kapolres Batola AKBP Diaz Sasongko, melalui Kasi Humas AKP Abdul Malik, Minggu (9/10).

Baca Juga: Jembatan di Kolam Kiri Dalam Barambai Batola Ambruk, Pikap Pengangkut Jeruk Tercebur

Baca Juga: Puskemas Barambai Diresmikan, Bupati Batola Berikan Sejumlah Catatan

Tak dinyana mereka kembali melintasi jalur yang sama dengan muatan 2,5 ton jeruk menuju Wanaraya. Oleh karena muatan dan kekuatan jembatan tak sebanding, akhirnya bagian tengah jembatan sepanjang 9 meter pun patah.

"Sopir mengakui belum pernah melintasi jalan dan jembatan tersebut, seandainya tidak diarahkan atau mengikuti Google Maps," jelas Abdul Malik.

Sementara berdasarkan keterangan warga sekitar, jembatan sepanjang 30 meter dan lebar 3 meter itu dibangun sekitar awal 1990. Sudah dua kali direhab dan yang terakhir dilakukan pertengahan 2012.

Namun tak lama setelah rehab yang terakhir, dua batang kayu penyangga bagian tengah dilepas agar tongkang pengangkut alat berat bisa melintas di bawah jembatan.

"Setelah dilepas agar tongkang bisa lewat sekitar 10 tahun lalu, tiang penyangga bagian tengah jembatan justru tidak dipasang kembali," papar Raini, salah seorang warga.

Seandainya tiang penyangga tetap terpasang, diyakini jembatan masih mampu menahan beban lebih dari 2,5 ton. Di sisi lain, tak dipasang plang pemberitahuan berat maksimal muatan yang diperbolehkan melintas.

Kendati bersifat pintasan, jembatan itu memudahkan anak-anak sekolah, terutama yang berdomisili di Desa Pendalaman, Pendalaman Baru, Kolam Kanan dan Sungai Raya.

"Untuk sementara akan dibuat jembatan darurat, mengingat fungsi jembatan itu cukup vital, terutama untuk anak-anak sekolah," sahut Nur Wahyudi, Camat Barambai.

"Memang masih bisa memutar melalui Barambai Muara, tetapi berjarak lebih dari 2 kilometer dari jembatan rusak. Sementara terkait tanggung jawab sopir, kami menunggu hasil pemeriksaan Polsek Barambai," tandasnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner