Bujur Jua Kah?

Golput Berarti Rugi, Benarkah Demikian?

Golput alias golongan putih adalah mereka yang memiliki hak pilih tetapi secara sadar memilih untuk tidak menggunakan hak pilihnya.

Featured-Image
Ilustrasi. Foto-Net

bakabar.com, BANJARMASIN - Golput alias golongan putih adalah mereka yang memiliki hak pilih tetapi secara sadar memilih untuk tidak menggunakan hak pilihnya.

Sebenarnya golput sudah ada sejak 3 Juni 1971 yang mana dicetuskan di Balai Budaya Jakarta, sebulan sebelum hari pemungutan suara pada pemilu pertama di era Orde Baru dilaksanakan. Kebanyakan tokoh pencetus Golput adalah “Angkatan ‘66”, walaupun sebagian tokoh “Angkatan ‘66” diakomodasi Orba dalam sistem.

Nah, mengenai soal golput, benarkah terdapat dampak buruk hingga akhirnya berujung merugikan diri sendiri? Lalu, apa sajakah dampak dari golput? Dilansir dari berbagai sumber berikut ulasannya.

1. Kurang Terdukungnya Proyek Pemerintah

Secara garis besar, memilih golput ternyata merupakan suatu kerugian bagi diri sendiri. Salah satu dampak negatif dari golput yang pertama adalah, tidak terdukungnya program pemerintah yang padahal cukup efektif karena kurangnya “minat” dari masyarakat.

Tingkatan minat tadi juga turun karena adanya berbagai pihak yang memutuskan untuk golput. Walaupun padahal apabila seandainya memilih untuk tidak golput, maka program pemerintah tadi sudah seharusnya bisa berjalan dengan semestinya.

Oleh karena itu, sebelum membulatkan pikiran untuk benar-benar melakukan golput, berpikir sejenak dulu tentang efek jangka panjang apakah yang akan terlahir dari golput itu sendiri.

Perlu diingat bahwa efek dari golput tidak hanya sebentar saja, namun bisa sampai bertahun-tahun lamanya, jadi jangan heran bila negara tidak memiliki kemajuan yang pesat nantinya.

Selain bisa melambankan proyek pemerintah, golput juga dapat memicu Politik yang berisi kesremawutan yang bisa berujung pada konflik-konflik seperti penyebab konflik Ambon, penyebab konflik Poso, ataupun penyebab perang Aceh.

2. Mencerminkan Bangsa yang Tidak Berdemokrasi

Padahal setiap warga negara diberi kesempatan untuk bisa memilih, mengeluarkan suara dengan bebas sesuai dengan kata hati sendiri. Namun sayangnya, dengan banyak orang yang memutuskan untuk golput, status negara pun juga dipertanyakan. Apakah negara tersebut masih negara demokratis?

Sungguh ironis bila negara yang terkenal akan sebutan negara demokratis, namun dihuni oleh pihak-pihak yang sama sekali tidak demokratis.

Selain itu, peran masyakarat yang tidak demokratis mencemirkan politik juga biasa digunakan untuk ajang dalam memulai penyebab konflik antar suku atau penyebab konflik antar agama yang tentunya memiliki yang mengerikan.

3. Tidak Menggunakan Hak Secara Maksimal

Penggunaan hak suara tadi harusnya bisa digunakan dengan baik, dengan cara mengikuti prosedur pemilihan suara sebagaimana mestinya. Walaupun cukup sederhana, tapi penyaluran hak sebagai pemilih suara bisa menentukan kehidupan daerah atau negara sekalipun kedepannya.

Sungguh sayang apabila hak yang seharusnya bisa menjadi sebuah kesempatan untuk merubah daerah menjadi lebih baik, malah dibuang begitu saja dengan berbagai alasan seperti malas, alasan sakit yang dibuat-buat, dan sebagainya.

Dan ironisnya, banyak sekali pihak yang memprotes kebijakan negara yang menurut mereka tidak baik, padahal mereka sendiri golput, tidak memiliki kontribusi apapun pada negara. Hanya dengan memilih saja tidak mau, apalagi melakukan pengorbanan-pengorbanan lain bagi negara.

4. Merugikan Anggaran Negara

Anggaran untuk menyelenggarakan pemilu juga terbuang sia – sia. Menggunakan hak pilih merupakan langkah konkrit untuk memanfaatkan anggaran pemilu untuk memilih pemimpin yang terbaik. Untuk itu alangkah baiknya jika kita meluangkan waktu untuk menelusuri rekam jejak para kandidat agar kita memiliki pilihan pada Pemilu 2024 mendatang.

Dari 4 dampak buruk dari golput seperti yang dijelaskan diatas, sebenarnya masih banyak lagi dampak-dampak buruk lainnya. Jadi apakah kita masih memilih untuk golput? Untuk itu marilah mulai menentukan sikap untuk memilih pemimpin dan wakil rakyat yang nantinya akan memperjuangkan aspirasi masyarakat, agar tercapainya cita-cita kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Editor


Komentar
Banner
Banner