apahabar, MAGELANG - Geliat Kota Sejuta Bunga sudah terasa, bahkan sebelum matahari terbangun dari tidurnya. Dalam remang-remang cahaya, riuh suara para pembeli yang saling tawar menawar harga terus terdengar di setiap lorong-lorongnya.
Pagi itu, Pasar Rejowinangun sudah diwarnai aktifitas transaksi penjual dan pembeli yang bekerja untuk sesuap nasi. Satu dari sekian kios yang dagangannya selalu habis tersapu para tamu adalah Getuk Gondok Hj Sri Rahayu.
Gethuk, panganan tradisional yang terbuat dari bahan utama ketela pohon atau singkong itu selalu menjadi buah tangan sekaligus camilan andalan Khas Magelang.
Baca Juga: Sop Senerek Bu Atmo, Lebih Separuh Abad Menggoyang Lidah Warga Magelang
Pasalnya, kudapan khas Magelang yang sudah ada sejak jaman penjajahan Jepang itu tak hanya mengenyangkan, namun juga lezat dan teksturnya lembut.
Getuk Gondok pertama kali dibuat sekaligus dipopulerkan seorang warga Desa Karet, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang bernama Ali Mohtar sekitar 1940 an.
"Ali Mohtar kakek, waktu itu saya belum lahir, kemudian diwariskan ke orang tua, sampai ke saya," kata sang pemilik kios gethuk, Sri Rahayu (60) kepada bakabar.com, Rabu (24/5).
Baca Juga: Mencicipi Magelangan di Warung AA, Kedai Unik dengan Ratusan Cermin Antik
Sebagai generasi penerus ketiga, Sri menuturkan, nama 'gondok' awalnya adalah sebutan untuk Ali Mohtar yang kala itu terkena penyakit gondok saat berjualan gethuk.
Ali Mohtar yang menjadi pioner pedagang getuk di Dusun Karet itu cukup lama terkena penyakit gondok dan tak kunjung sembuh, maka masyarakat menyebut gethuk dagangannya "Gethuk Gondok".