Nasional

Gelombang Ketiga Covid RI Diprediksi Meledak Tiba-tiba

apahabar.com, JAKARTA – Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra memprediksi Indonesia berpotensi…

Featured-Image
Ilustrasi. Foto-Istimewa

bakabar.com, JAKARTA –
Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra memprediksi Indonesia berpotensi mengalami ledakan kasus virus corona (Covid-19) yang dapat terjadi secara tiba-tiba di waktu-waktu yang akan datang.

Hermawan menilai gambaran mobilitas warga yang saat ini sudah hampir kembali seperti keadaan pra pandemi berpotensi besar menjadi akar penularan yang masif di lingkungan masyarakat. Apalagi menurutnya saat ini kebijakan pemerintah sudah tidak merepresentasikan lagi kampanye jaga jarak aman.

“Hemat kami akan ada suatu waktu yang sporadis, unpredictable, bisa jadi karena kekhawatiran kami, kasus Covid-19 itu meledak tiba-tiba boleh jadi karena adanya mutasi virus baru yang kemudian adanya keramaian, penularannya semakin cepat,” kata Hermawan dikutip dari CNNIndonesia.com, Rabu (3/11).

Hermawan belum bisa memastikan kapan potensi ledakan kasus Covid-19 di Indonesia terjadi. Namun apabila berkaca pada pengalaman lonjakan kasus-kasus sebelumnya yang terjadi pada libur panjang seperti Natal dan Tahun Baru (Nataru) hingga Idulfitri.

Maka menurutnya tak menutup peluang, Indonesia bisa mengalami lonjakan kasus Covid-19 secara signifikan pada akhir 2021 atau bahkan awal 2022. Lonjakan kasus Covid-19 itu menurutnya berasal dari akumulasi mobilitas warga yang tak terbendung saat ini.

“Kita melihat bagaimana pemerintah cukup inkonsisten ya. Pemerintah mewanti-wanti dulu agar diwaspadai adanya gelombang ketiga, tapi dari kebijakannya, sekarang ini pemerintah yang melonggarkan segala urusan. Bahkan mal 100 persen sekarang, hampir tidak ada lagi jaga jarak, tidak ada,” jelasnya.

Hermawan lantas mengingatkan kebijakan pemerintah terkini tidak berdasarkan saintifik dan mitigasi risiko ancaman. Misalnya, pemerintah terkini memangkas masa karantina bagi pelaku perjalanan internasional menjadi 3 x 24 jam bagi yang baru menerima satu dosis vaksin covid-19.

Hermawan menilai kebijakan itu belum memandang pandemi sebagai sebuah risiko ancaman, lantaran pintu masuk merupakan akses pertama bagaimana mutasi atau varian baru virus corona mampu membuat ledakan kasus tak terduga, seperti apa yang terjadi pada Juni-Juli 2021 lalu akibat serangan varian Delta.

“Kita perlu meningkat kejadian di India itu sesuatu yang tidak diprediksi sebelumnya dan tiba-tiba. Dan ini bisa saja terjadi kembali, kemungkinan varian baru atau turunan-turunan varian Delta yang sudah membuat banyak negara kelabakan,” kata dia.

Lebih lanjut, Hermawan juga menyebut ledakan kasus covid-19 yang berpotensi terjadi di Indonesia ini juga bisa lebih parah dari pada lonjakan kasus sebelumnya, seperti yang terjadi pada awal 2021, dan juga pada periode Juni-Juli 2021 lalu.

Kendati program vaksinasi nasional telah menyentuh 50 persen lebih untuk pemberian dosis pertama, dan sebagian orang sudah memiliki kekebalan alamiah pasca terinfeksi.

Namun Hermawan melihat kondisi itu masih belum bisa menyelamatkan Indonesia sepenuhnya dari kondisi ‘kacau’ akibat potensi serangan covid-19.

Apalagi capaian vaksinasi bagi kelompok rentan seperti warga lanjut usia (lansia) masih rendah. Data Kementerian Kesehatan per 2 November pukul 18.00 WIB menyebutkan baru 8.723.505 orang lansia yang telah menerima suntikan dosis pertama vaksin virus corona. Sementara itu, 5.393.636 orang lansia telah rampung menerima dua dosis suntikan vaksin covid-19 di Indonesia.

Dengan demikian, target vaksinasi pemerintah dari total sasaran 21.553.118 orang baru menyentuh 40,47 persen dari sasaran vaksinasi yang menerima suntikan dosis pertama. Sedangkan suntikan dosis kedua baru berada di angka 25,02 persen.

“Semisal pada lansia, kalau yang tervaksin hanya 50 persennya, kemudian potensi proteksi optimal hanya separuhnya. Maka kalau itu terjadi lonjakan, mortality rate kita bisa sangat besar. Bisa jadi kalau prevalensi rendah dan angka kesakitan rendah, tapi angka kematian kita akan tinggi,” ujar Hermawan.

“Dan jangan sampai, sewaktu-waktu kita mendapatkan bumerang karena kita sudah mengingatkan, tapi kita begitu terlena saat ini,” imbuhnya.

Kementerian Kesehatan sebelumnya menyebut gelombang tiga virus corona merupakan suatu hal yang niscaya atau pasti terjadi di Indonesia kendati masih belum diketahui secara pasti kapan akan terjadi.

Senada, Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 juga mewanti-wanti segenap masyarakat Indonesia untuk tetap waspada terhadap penularan virus corona kendati jumlah sebaran kasus positif di nusantara mengalami penurunan dalam beberapa bulan terakhir.



Komentar
Banner
Banner