Kalteng

Gelombang Kapal Diduga Picu Erosi Bantaran Sungai Mentaya Kalteng

apahabar.com, SAMPIT – Camat Pulau Hanaut, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, Eddy Mashami meminta kapal barang…

Featured-Image
Dermaga salah satu desa di Kecamatan Pulau Hanaut. Foto–Antara/Norjani

bakabar.com, SAMPIT – Camat Pulau Hanaut, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, Eddy Mashami meminta kapal barang dan penumpang yang melintas di Sungai Mentaya untuk mengurangi kecepatan karena gelombang diduga memicu erosi di bantaran sungai.

“Mungkin akibat gelombang, jalan asal di pinggir sungai kini hilang karena tanahnya tergerus. Bahkan banyak warga terpaksa pindah ke darat. Ada bukti bekas permukiman warga. Tanah menjadi rubuh atau longsor dan sungai mnjadi dangkal,” kata Eddy di Sampit, seperti dilansir Antara, Kamis (29/08).

Informasi itu disampaikan Eddy saat pertemuan membahas rencana studi kelayakan normalisasi alur Sungai Mentaya di lantai dua kantor Bupati Kotawaringin Timur. Pertemuan yang dipimpin Wakil Bupati M Taufiq Mukri dihadiri pejabat dari Kementerian Perhubungan, Dinas Perhubungan Kalteng, Dinas Perhubungan Kotawaringin Timur serta pengusaha bidang kepelabuhanan dan jasa.

Menurut Eddy, sering kapal melintas di perairan dekat permukiman dengan kecepatan tinggi. Akibatnya gelombang sungai yang ditimbulkan diduga memicu kecelakaan bagi kapal kecil serta memicu erosi di bantaran sungai.

Saat ini ada 12 kelotok milik warga yang melayani penyeberangan dan hilir mudik warga di kecamatan yang masih terisolasi jalan darat dari pusat kota itu. Keberadaan jasa angkutan penumpang menggunakan kapal tradisional berukuran kecil itu diharapkan menjadi perhatian kapal-kapal besar saat melintas agar tidak terjadi kecelakaan.

Eddy mengaku mengalami sendiri ketika menaiki kapal kecil, lalu tiba-tiba melintas sebuah kapal besar dengan kecepatan tinggi. Kapal yang ditumpanginya diterpa gelombang akibat kecepatan kapal besar tersebut.

Untuk mengatasi bantaran sungai yang terkena erosi, pemerintah kecamatan membuat siring dari kayu ulin, namun jumlahnya terbatas sesuai dengan kemampuan anggaran yang dimiliki saat ini.

“Kami membuat siring sepanjang 100 meter dan alhamdulillah baru selesai, tapi kan tidak mungkin kami membuat siring di sepanjang pinggir sungai itu karena biayanya pasti sangat besar. Mudah-mudahan ada bantuan dari pemerintah kabupaten maupun pihak lain pengguna alur Sungai Mentaya,” kata Eddy.

Sementara itu terkait adanya keluhan nakhoda kapal tentang jaring ikan nelayan yang dinilai mengganggu lalu lintas kapal, Eddy tidak menampiknya. Dia berjanji akan mengimbau warganya untuk lebih berhati-hati dalam memasang jaring agar tidak mengganggu lalu lintas kapal.

“Mohon maaf atas ketidaktahuan warga kami. Kami meminta supaya diberi tanda, di mana saja yang tidak boleh ada jaring karena menjadi lintasan kapal sehingga warga kami juga bisa menghindarinya. Yakin saja, itu karena ketidaktahuan. Warga kami juga tidak ingin jaring mereka rusak terkena kapal,” demikian Eddy.

Kepala Dinas Perhubungan Kotawaringin Timur Fadlian Noor mengatakan pentingnya pertemuan melibatkan banyak pihak. Tujuannya supaya muncul kesamaan pandangan sehingga semua berjalan dengan baik.

“Seperti ini, nanti supaya warga bisa nyaman mencari ikan dan kapal melintas juga tidak terganggu. Kami juga mengimbau kapal untuk mengurangi kecepatan ketika sudah memasuki perairan permukiman warga agar tidak menimbulkan dampak yang tidak kita inginkan,” pungkas Fadlian.

Baca Juga: Kapolres Barut: Operasi Patuh Telabang untuk Meminimalisir Lakalantas

Baca Juga: Belum Lakukan Pembayaran Klaim RSUD Muara Teweh, Ini Penjelasan BPJS

Baca Juga:BPJS Muara Teweh Tak Bayar Klaim, RSUD Ngutang Kas Daerah

Baca Juga: Dinas Perdagangan dan Perindustrian akan Sosialisasikan HET Gas Melon

Sumber: Antara
Editor: Aprianoor



Komentar
Banner
Banner