Waspadai Gelombang Krisis

Gejolak Krisis Ekonomi Global, Menteri Investasi: Masa Depan Ekonomi Sangat Gelap!

Menteri Investasi, Bahlil Bahlil Lahadalia mengungkapkan krisis ekonomi yang membuat masa depan perekonomian Indonesia mengalami kegelapan.

Featured-Image
Menteri Investasi Indonesia, Bahlil Lahadalia. (Foto tangkapan layar)

bakabar.com, JAKARTA – Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia mengungkapkan masa depan ekonomi Indonesia sangat gelap dan tidak bisa diprediksi. Menurutnya, kegelapan ekonomi tersebut, tidak hanya menimpa Indonesia, tapi juga seluruh negara di dunia.

“Banyak kepala negara yang masih mencari formulasi untuk bisa lolos dari krisis ekonomi,” ujarnya dalam Orasi Ilmiah di Institut Teknologi Bandung yang disiarkan secara daring di akun YouTube Kementerian Investasi, Rabu (5/10).

Goncangan krisis ekonomi global pertama kali terjadi pada 2019. Ditandai dengan konflik perang dagang yang melibatkan Amerika Serikat dengan China. Perang dagang tersebut membuat sejumlah harga komoditas melambung tinggi, hingga menimbulkan krisis di banyak negara.

“Sangat terasa sekali dampak perang dagang keduanya. Sampai berdampak pada ketidakstabilnya ekonomi global,” jelasnya.

Bahlil menambahkan perang dagang belum selesai, muncul persoalan baru yaitu pandemi Covid-19. Semua negara global tidak bisa menghindari pandemi yang masuk ke negara masing-masing.

Dampak yang ditimbulkan pandemi Covid-19, terjadi tidak hanya kepada kesehatan masyarakat, tapi juga ekonomi akibat banyak negara harus memutuskan untuk menutup akses.

“Bahkan sampai pada krisis politik dan sosial, hampir semua kepala negara mencari cara. Termasuk bagaimana untuk bertahan dan lolos pandemi,” ungkapnya.

Di tengah pendemi Covid-19, dunia dikejutkan dengan goncangan ketiga, yaitu perang fisik yang terjadi antara Ukraina dan Rusia. Dampak perang fisik keduanya menyebabkan terjadinya krisis pangan, sampai dengan krisis energi yang meluas sampai ke Indonesia.

Terbaru, pemerintah tengah meningkatkan kewaspadaan, akibat ketegangan antara China dan Taiwan yang berpotensi akan mengakibatkan goncangan krisis ekonomi keempat.

“Sampai-sampai, banyak apartemen di Eropa harus mematikan pemanas ruangan di musim dingin, untuk menghemat persediaan gas,” jelasnya.

Bahlil mengungkapkan sebelum konflik China dan Taiwan muncul, dampak ekonomi sudah terjadi di Indonesia. Diawali dari krisis energi yang memengaruhi harganya dan dampak pada nilai kurs Rupiah

“Awal asumsi APBN 2022, haga minyak adalah US$63-70 per barel. Tapi ternyata naik lebih tinggi lagi,” kata Bahlil.

Di luar prediksi harga minyak dunia meningkat dua kali lipat dari asumsi tersebut. Nilainya mencapai US$100-120 per barel berdasarkan nilai rata-rata Januari-Agustus 2022.

Selain itu, krisis yang pernah dialami Inggris juga berdampak pada nilai kurs Rupiah terhadap Dollar. Inggris mengalami pelemahan besar mata uangnya setelah keputusan untuk menurunkan pajak dan mensubsidi pekerja.

“Krisis ekonomi global berdampak sampai ke Indonesia. Banyak peneliti, pakar sampai dengan kepala negara, belum bisa menemukan formulasi untuk lolos dari krisis ekonomi,” pungkasnya.

Editor
Komentar
Banner
Banner