bakabar.com, MARABAHAN - Penyelesaian proyek penggantian Jembatan Tanipah di Kecamatan Mandastana, Barito Kuala (Batola), dipastikan molor lagi.
Dikerjakan PT Haidasari Lestari sebagai kontraktor pelaksana, jembatan tersebut memiliki bentang total 90 meter dan lebar lajur jalan aspal 6,40 meter.
Menggunakan struktur rangka baja dengan pendekat pile slab beton, pembangunan jembatan pengganti ini menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK) senilai Rp17,51 miliar.
Sesuai perjanjian kontrak, pekerjaan seharusnya rampung 13 November 2022. Namun akibat pengaruh cuaca yang tidak menentu, penyelesaian pekerjaan melewati tempo.
Akhirnya kontraktor pelaksana diberi kesempatan waktu 50 hari untuk merampungkan pekerjaan. Namun deadline ini kembali gagal dipenuhi, hingga akhirnya PT Haidasari Lestari diberi kesempatan kedua selama 40 hari.
"Perampungan penggantian Jembatan Tanipah diberikan kesempatan kedua. Ditargetkan sudah rampung 23 maret 2023," jelas Kabid Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Batola, Edi Supriadi, Senin (20/2).
Akibat keterlambatan itu, kontraktor pelaksana dikenakan sanksi berupa denda sebesar 1 permil dari nilai kontrak atau sekitar Rp16 juta per hari. Denda ini dihitung sejak keterlambatan terjadi.
Baca Juga: Progres Penggantian Jembatan Tanipah Capai 44 Persen, Bupati Batola: Saya Sudah Tenang
Baca Juga: Ambruk Lima Tahun Lalu, Jembatan Mandastana di Batola Mulai Dibangun Ulang
"Mengingat pekerjaan masih berlangsung dan sekarang juga sedang diaudit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), maka nilai total denda keterlambatan akan menunggu hasil audit tersebut," papar Edi.
Meski dua kali mendapatkan adendum, proses pekerjaan diklaim sudah mencapai 90 persen lantaran kerangka baja sudah terpasang dan tersambung.
"Struktur utama jembatan sudah selesai. Tersisa pengecoran lantai dan pekerjaan oprit di kedua sisi jembatan," beber Edi Supriadi.
Seiring progres pekerjaan, banyak harapan agar jembatan tersebut sudah rampung sebelum tenggat kesempatan kedua berakhir.
Terlebih jembatan itu menghubungkan banyak desa di Mandastana, di antaranya Bangkit Baru, Tanipah, Puntik Luar, Sungai Ramania dan Tatah Alayung.
"Tentu kami berharap pekerjaan bisa selesai sesuai target, karena jembatan tersebut diperlukan untuk akses transportasi dan ekonomi masyarakat," sahut Marion Setiawan, Camat Mandastana.
Sebelum Jembatan Tanipah kembali dibangun, warga menggunakan jembatan darurat yang terbuat dari kayu ulin.
Namun mengingat lebar jembatan darurat hanya sekitar 1,5 meter, efektivitas dan efesiensi transportasi tidak terpenuhi lantaran mobil tidak bisa melintas.
"Kalau bisa dilintasi mobil, akses keluar masuk barang maupun angkutan pertanian juga lebih mudah. Apalagi sejak ambruk 2017 lalu, masyarakat menantikan jembatan ini," tandas Marion.
Baca Juga: Dari Ambruknya Jembatan Mandastana, Satu Terpidana Lagi Bayar Denda
Baca Juga: Akhir 2020, Jembatan Mandastana di Batola Berpotensi Dibangun Lagi