bakabar.com, JAKARTA – Film KKN di Desa Penari bakal tayang di Amerika Serikat, tepatnya di Kota Los Angeles dan New York, pada 23 September 2022 mendatang. Hal ini disampaikan langsung oleh CEO MD Entertainment, Manoj Pujabi, melalui Instagram pribadinya.
"Film Indonesia terlaris KKN di Desa Penari akan datang ke Amerika untuk rilis eksklusif, di Los Angeles dan New York," tulis akun @manojpunjabimd, dikutip Selasa (6/9).
Di Indonesia sendiri, film bergenre horror ini berhasil meraup sembilan juta penonton selama masa penayangannya di layar lebar. Alur cerita dalam film ini diadopsi dari thread fenomenal yang menyeruak di Twitter.
Kabar go international-nya KKN di Desa Penari memang membanggakan, namun ini bukanlah satu-satunya film Tanah Air yang tayang di negeri orang. Sejumlah film kenamaan lain, seperti Laskar Pelangi, Ada Apa dengan Cinta, dan The Raid, sudah lebih dulu berlaga di kancah internasional.
Hal ini mungkin akan membuat Anda bertanya-tanya, sebenarnya indikator apa yang membuat KKN di Desa Penari bisa diboyong ke luar negeri? Apakah go international bergantung pada jumlah penonton sebuah film di negara asal?
Kiprah 'KKN di Desa Penari' di Negara Tetangga
Sebelum direncanakan menjajaki industri Hollywood, KKN di Desa Penari sudah tayang di negara tetangga, yakni SIngapura dan Malaysia. Malahan, di Negeri Jiran, film ini mampu memecahkan rekor hanya dalam jangka waktu lima hari penayangan.
Sementara itu, di Singapura, tiket bioskop untuk film KKN di Desa Penari lebih banyak terjual ketimbang Doctor Strange. Akun @OliverChen, yang diketahui adalah seorang analis dan peneliti dari film Box Office Dunia, memprediksi pendapatan dari film KKN di Desa Penari mencapai RM338.781 atau senilai Rp1,3 miliar.
Berkaca dari kesuksesan yang demikian, KKN di Desa Penari pun makin mantap melaju ke pasar Hollywood. Eksistensi film tersebut yang bakal melanggeng ke ajang go international membuktikan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk semakin dilirik dunia.
Film Indonesia Masih Sulit Debut Global
Meski sejumlah film sudah berhasil debut global, CEO MNC Pictures, Titan Hermawan, menilai masih ada sederet permasalahan yang bisa membuat industri perfilman Tanah Air sulit naik kelas secara masif.
"Sampai saat ini sebenarnya film-film hollywood masih mendominasi. Film-film di beberapa negara seperti Jepang, Turki dan Indonesia memang agak sulit untuk go global," ujar Titan, dalam Podcast Aksi Nyata, dikutip Selasa (6/9).
Beberapa hal yang menjadi penghalang, sambung Titan, antara lain faktor bahasa, keterbukaan industri, serta ketidaksiapan atas perkembangan ke dunia digital. Selain itu, kekurangan dalam segi audiovisual, seperti kualitas gambar dan suara, juga menjadi faktor sulitnya film Indonesia menyaingi kualitas Hollywood.
"Jujur saja, film Indonesia itu masih sulit go global karena keterbatasan bahasa, keterbukaan industri, dan perkembangan zaman yang serba digital. Negara lain mengenal digital lebih lama," beber dia.
Titan menilai film Indonesia sebenarnya memiliki ciri khas tersendiri yang membuatnya tak kalah saing dengan Hollywood. Misalnya saja, film Indonesia memiliki keragaman masalah, keragaman budaya, dan kaya akan kearifan lokal.
Namun, kembali lagi ke inti permasalahan. Titan menyebut keunggulan-keunggulan itu belum bisa dioptimalkan lantaran kreator film Indonesia kekurangan modal. Menurutnya, Indonesia juga kekurangan profesional yang mau membagikan ilmunya kepada kreator film lain secara berkala.
Mengacu pada hal-hal di atas, bagaimana menurut Anda? Apakah industri perfilman Indonesia bisa bersinar di kancah internasional, bahkan menyaingi Holyywood? (Nurisma)