bakabar.com, JAKARTA - Pada era modern saat ini sebuah pertandingan sepak bola tak lepas dari dukungan teknologi yang semakin canggih, salah satunya pada Piala Dunia 2022 yang diadakan di Qatar.
Setelah pada sebelumnya wasit pertandingan dibantu dengan teknologi Video Assistant Referee (VAR), pada pesta sepak bola terbesar yang diadakan tiap 4 tahun sekali ini memperkenalkan teknologi baru yang bernama Semi-Automated Offside Technology (SAOT).
Pihak FIFA sejak Juli 2022 lalu sudah mengumumkan akan menerapkan teknologi kamera dengan artificial intelligence (AI) di Piala Dunia yang mulai bergulir Minggu (20/11) kemarin, pada pertandingan pembuka Qatar vs Ekuador.
Baca Juga: Sukses Gandeng Ronaldo dan Messi, Begini Kisah di Balik Kemegahan Louis Vuitton
Ketua Komite Wasit FIFA Pierluigi Collina setuju sistem semi-otomatis dengan AI akan memungkinkan wasit membuat keputusan yang lebih cepat dan akurat. Namun, ia tidak menutup peran penting yang dipegang wasit dan hakim garis dalam pertandingan.
"Wasit dan hakim garis masih yang bertanggung jawab untuk keputusan di lapangan pertandingan," tegasnya dikutip Senin (21/11).
Sementara itu, Presiden FIFA Gianni Infantino, mengaku keputusan menggunakan teknologi SAOT di Piala Dunia Qatar 2022 telah melalui riset selaam tiga tahun demi memberi yang terbaik untuk tim pemain dan para fans.
Uji coba sebelumnya dilakukan dalam Club World Cup di Qatar pada Februari 2022 lalu yang hasilnya dianggap sukses.
Baca Juga: Prediksi Piala Dunia 2022 dan Link Live Streaming: Duel Dua Tim Unggulan di Grup A
Cara Kerja SAOT
Sistem keputusan semi otomatis, atau Semi-Automated Offside Technology (SAOT), ini didukung oleh sebuah sensor yang ada pada bola 'Al Rihla' bikinan Adidas dan 12 kamera yang terpasang di atap stadion.
Nantinya, sensor pada bola akan me-relay posisinya di lapangan 500 kali per detik, sedangkan ke-12 kamera menggunakan pembelajaran mesin (machine learning) yanh bertugas mengikuti gerak pemain lewat 29 titik pada tubuh.
Software lalu akan mengkombinasikan data-data yang dikirim secara otomatis membangkitkan peringatan ketika ada pemain yang berada dalam posisi offside.
Lalu, peringatan akan dikirim ke petugas dalam ruang kontrol, yang akan memvalidasinya dan menginfokan wasit di lapangan keputusan apa yang harus dibuatnya.
Baca Juga: Erick Thohir Jagokan Brazil di Piala Dunia 2022
FIFA mengklaim prosesnya hanya butuh beberapa detik, dan itu artinya keputusan offside atau tidak bisa diberikan lebih cepat dan lebih akurat.
Akurasi dari SAOT terlihat pada data bangkitan dari sensor pada bola dan jaringan kamera di atap juga akan digunakan untuk menciptakan animasi-animasi yang ter-otomatisasi, kemudian dapat ditampilkan pada layar di dalam stadion dan siaran televisi.
Karena itu, animasi tersebut bisa digunakan untuk menjelaskan kepada seluruh penonton mengenai alasan di balik keputusan yang dibuat sang wasit dan lebih akurat.
Visualisasi yang lebih baik untuk para fans ini ikut memperkuat FIFA memutuskan mengadopsi SAOT menggantikan VAR, teknologi yang diumumkan mulai digunakan di Piala Dunia 2018.
Pada VAR, wasit bisa me-review keputusannya menggunakan monitor di pinggir lapangan menggunakan jaringan kamera yang bisa merekam dari beragam sudut.
Baca Juga: Qatar Tertinggal 0-2 dari Ekuador di Babak Pertama
SAOT pada Pertandingan Qatar vs Ekuador
Kinerja SAOT langsung terlihat pada pertandingan pembuka antara Qatar melawan Ekuador.
Pada pertandingan yang digelar di Stadion Al Bayt, Doha, gawang dari tuan rumah sudah kebobolan sejak menit 6 lewat aksi Enner Valencia.
Namun, bedasarkan keputusan wasit setelah melihat SAOT, gol tersebut dianulir karena Valencia berada di posisi offside.