bakabar.com, SURABAYA - Festival Cap Go Meh yang digelar pertama kali di Kya-kya Kembang Jepun, Surabaya, Minggu (12/2) malam. Meskipun sempat diguyur hujan, namun antusiasme warga Surabaya sangat luar biasa menyaksikan festival yang dibuka langsung oleh Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi itu.
Dalam acara tersebut, para pengunjung dimanjakan dengan berbagai penampilan, mulai dari parade Festival Cap Go Meh 2023 yang mana semua pesertanya menggunakan kostum unik seperti kostum Kera Sakti, Barongsai, Liang Liong, Kostum Kerajaan dan kostum menarik lainnya.
Bahkan, saat itu juga ada penampilan musik tradisional khas Tiongkok, tarian Cap Go Meh, fashion show, tarian Bian Lian, dan Wushu Litthle Sun School dan Wushu Lima Naga. Meskipun sempat hujan, tapi tetap festival ini berjalan dengan meriah.
Baca Juga: Stabilkan Harga, Pemkot Surabaya Operasi Minyakita ke 8 Pasar Tradisional
“Ini membuat saya bangga betul. Festival ini semakin menunjukkan dan semakin menguatkan bahwa Surabaya kota toleransi, sebuah kota yang toleransinya sangat luar biasa,” kata Eri.
Menurutnya, dulu ada beberapa pihak yang meragukan kampung pecinan Kya-kya ini akan bertahan lama. Mereka memprediksi hanya akan bertahan satu atau dua tahun ke depan, dan setelah itu berhenti.
Namun, dengan adanya Festival Cap Go Meh ini dia semakin yakin bahwa kampung pecinan itu akan terus berkembang dan pemkot akan terus melestarikan kawasan tersebut.
“Jadi, kalau ingin melihat kampung pecinan, kalau ingin jalan-jalan menikmati suasana dan makanan khas cina, maka harus berkunjung ke Kya-kya ini, sehingga kita berkomitmen untuk terus mempertahankan Kya-kya ini,” tegasnya.
Baca Juga: Harga Beras Naik, Pemkot Surabaya Gelar Operasi Pasar
Bagi dia, inilah yang harus dilakukan oleh Surabaya sebagai kota toleransi, kota semua agama, semua suku dan ras. Bahkan, saat ini ketika ada perayaan natal, maka Surabaya bernuansa natal. Begitu pula ketika perayaan Imlek, akhirnya Balai Kota Surabaya, Balai Pemuda Surabaya atau Alun-alun Surabaya serta tempat lainnya juga bernuansa Imlek.
“Semoga diperayaan umat agama lainnya, kita bisa melakukan peringatan-peringatan serupa untuk menyemarakkan kota ini sebagai kota toleransi. Matur nuwun (terima kasih) warga Kota Surabaya," katanya.
Ia juga berharap agar di Surabaya setiap tahun bisa digelar festival seperti Cap Go Meh. Ini perlu dilakukan agar dapat merekatkan tali persaudaraan sesama warga Surabaya. Selain juga meneguhkan diri sebagai kota toleransi.