Ekonomi Indonesia

Erick Thohir: Pertumbuhan Ekonomi Harus Dirasakan Masyarakat Kecil

Menteri BUMN Erick Thohir menyebut pertumbuhan ekonomi nasional jadi percuma. Jika dampaknya tak merata. Cuma dirasakan masyarakat kalangan atas. 

Featured-Image
Menteri BUMN Erick Thohir dan Ketua Umum Kadin Indonesia, Arsjad Rasjid. Foto: Andi M/apahabar.com

bakabar.com, JAKARTA - Menteri BUMN Erick Thohir menyebut pertumbuhan ekonomi nasional jadi percuma. Jika dampaknya tak merata. Cuma dirasakan masyarakat kalangan atas. 

Karenanya, kata dia, penting kolaborasi antara BUMN dan private sector atau swasta. Sehingga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang dirasakan seluruh lapisan masyarakat.

"Tidak mungkin kita bicara pertumbuhan ekonomi hanya untuk yang besar saja. Yang menengah dan kecil dilupakan," kata Erick kepada awak media di Gedung Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta Selatan, Senin (14/8).

Baca Juga: Laba BUMN Capai Rp250 Triliun, Tumbuh 100 Persen

Kolaborasi yang ia maksud, saling berkesinambungan. Memiliki dampak terhadap kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, pihaknya terus mendorong kemajuan UMKM dalam negeri.

Misal, dengan adanya kredit usaha rakyat (KUR). Yang mana 92 persen ditopang oleh BUMN.

Oleh karena itu, ia menekankan, pertumbuhan ekonomi terbilang sukses apabila tidak ada kesenjangan signifikan di masyarakat. Hal jomplangnya itu justru bakal memicu tingginya angka kriminal.

"Ketika kesenjangan makin terasa bagaimana terjadi kriminalitas yang tinggi," tegasnya.

Ia turut menekankan, cetak biru mesti dikonsepkan oleh kedua belah pihak. Hal itu sebagai bentuk keseriusan kolaborasi guna mendongkrak perekonomian nasional.

"Tinggal bagaimana kita membuat blueprint sama-sama, yang kita mem-propose ke pemerintah," kata Erick di forum yang sama.

Baca Juga: Sinergisitas BUMN dan Swasta, Kunci Pertumbuhan Ekonomi Inklusif

Pada kesempatan itu juga Ketua Umum Kadin Indonesia, Arsjad Rasjid mengemukakan, sinergi BUMN dan swasta dapat menghadapi berbagai tantangan di sektor perekonomian nasional.

Misal, tutur Arsjad, tingginya harga pangan. Lalu kebijakan moneter yang ketat dan agresif oleh sebagian besar bank sentral di dunia. Hingga risiko lain di sistem keuangan global. 

"Oleh karena itu, optimalisasi kolaborasi harus terus terjalin agar seluruh pihak dapat menjalankan dan mengembangkan demokrasi ekonomi secara sinergis, tutupnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner