bakabar.com, JAKARTA – Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengkhawatirkan rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) di dalam negeri, ketika bonus demografi terjadi.
Koordinator Bidang Kependudukan, Direktorat Kependudukan dan Jaminan Sosial Bappenas Hariyadi Sabar menjelaskan hal itu. Menurutnya, secara umum kualitas SDM Indonesia masih rendah.
Kualitas tersebut ditandai dengan besarnya gap antara jumlah pengangguran di dalam negeri dengan ketersediaan lapangan pekerjaan. Hal itu menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah dan masyarakat untuk menyelesaikanya sebelum Indonesia memasuki periode bonus demografi.
“Bonus demografi ini bersifat dinamis dan dapat dioptimalkan apabila ada kebijakan yang tepat. Tanpa ada peningkatan produktivitas dan kebijakan relevan, manfaat dari bonus demografi akan segera berakhir,” ujarnya Hariyadi dalam diskusi Bonus Demografi dan Pengembangan Kewirausahaan Nasional, Kamis (23/2).
Baca Juga: Hadapi Bonus Demografi, Sandiaga Ingin Indonesia Seperti Jepang
Kualitas SDM yang masih rendah ketika bonus demografi berlangsung (periode 2025-2037), dipastikan negara tidak akan menerima manfaat dari melimpahnya angkatan kerja itu. Bahkan momentum peningkatan ekonomi dalam negeri seperti yang diinginkan tidak akan terwujud.
Era bonus demografi diproyeksikan memiliki jumlah penduduk usia kerja sebesar 76% dan penduduk usia lanjut hanya 10,7%. Oleh sebab itu, Hariyadi menekankan pentingnya implementasi program empower, educate dan employ (3E Framework).
Semua pihak perlu fokus untuk memberikan hak dan kesempatan kepada penduduk usia kerja untuk bergabung ke dalam ekosistem yang lebih produktif. Mereka perlu dibina agar menjadi tenaga kerja yang terampil dan handal.
Baca Juga: Bonus Demografi Segera Tiba, KemenkopUKM Khawatirkan Bahaya Sosial
“Di sisi lain juga perlu ada upaya bersama untuk lebih banyak menciptakan kesempatan kerja yang berkualitas, salah satunya melalui program UMKM naik kelas,” tutupnya
Seharusnya, lonjakan pertumbuhan ekonomi yang besar akibat bonus demografi menjadi kesempatan emas yang tidak boleh disia-siakan untuk beranjak dari negara berkembang menjadi negara maju.