News

Empat Skema Penipuan Digital yang Siap Mengintai Anda

apahabar.com, JAKARTA – Praktik penipuan menyasar keuangan semakin meresahkan masyarakat. Skema digunakan semakin beragam dan berkembang,…

Featured-Image

bakabar.com, JAKARTA - Praktik penipuan menyasar keuangan semakin meresahkan masyarakat. Skema digunakan semakin beragam dan berkembang, bahkan terdapat praktik memanfaatkan rekayasa sosial.

Kepala Biro Umum dan Humas Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Muhammad Novian memaparkan empat skema penipuan yang tengah berkembang di masyarakat.

Dia mengatakan skema pertama adalah Business Email Compromise (BEC). Praktik penipuan tersebut, menjadi salah satu skenario yang paling canggih, karena melibatkan dua hal, yaitu rekayasa sosial (social engineering) dan juga pencurian data pribadi digital.

"BEC itu sendiri itu merupakan penipuan yang lebih canggih, menargetkan bisnis atau individu yang melakukan permintaan transfer dana yang sah. Penipuan BEC sering dilakukan saat pelaku menyusupi/compromise akun bisnis atau email pribadi yang sah melalui rekayasa sosial atau pencurian data komputer korban untuk melakukan transfer yang tidak sah," ujarnya dalam acara webinar OJK Institute secara virtual, di Jakarta, Jumat (26/8).

Ia menjelaskan BEC termasuk penipuan yang memiliki dampak yang cukup besar, karena mampu mengelabui sistem perbankan dan penyedia jasa keuangan untuk membuat transaksi terlihat sah.

"Perbankan atau jasa keuangan akan sulit melihat apakah ini transaksi yang termasuk kategori mencurigakan atau tidak, karena dari awal mereka sudah menyiapkan seolah-olah transaksi yang terjadi adalah transaksi yang sah yang wajar," jelasnya.

Selain itu, terdapat skema penipuan romance scam. Novian menjelaskan bahwa romance scam merupakan penipuan yang memanfaatkan jalinan cinta yang dibuat pelaku terhadap korban.

"Romance scam ini memanfaatkan aplikasi pencari pasangan dan media sosial. Kemudian mencari korban, baik itu laki-laki atau perempuan dan membuat korban menyukai pelaku. Sehingga, terjalin rasa kasih sayang dan cinta yang dapat membuat seseorang kehilangan logika. Pada akhirnya menyebabkan orang tersebut tidak berfikir jernih. Kemudian, korban akan meminta transaksi den menguras uangnya," tuturnya.

Skema lain adalah penipuan jual beli online, dia mengatakan pelaku akan membuat website jual beli bodong yang sudah disusun hingga terlihat seperti website resmi. Kemudian, pelaku akan melakukan transaksi dengan korban, tapi barang yang dijanjikan tidak ada.

"Pelaku melakukannya dengan membuat website penjualan palsu. Bayangkan sedemikian rupa sarana yang disediakan untuk melakukan jual beli online, cukup mengeluarkan modal kecil dalam membuat website palsu. Setelah itu, dilakukan kesepakatan dengan korban dan menerima pembayaran, pada akhirnya pelaku tidak mengirimkan barang yang sudah dijanjikan tersebut," kata Novian.

Terakhir adalah skema investment scam, atau penipuan dengan berkedok investasi. Ia menjelaskan bahwa skenario ini menjadi bentuk penipuan yang paling banyak memakan korban. Menurutnya, hal tersebut terjadi karena masyarakat Indonesia mempunyai kebiasaan mencari keuntungan tinggi dalam waktu yang cepat.

"Pelaku menawarkan investasi kepada korban dengan keuntungan yang menggiurkan, sehingga korban akan tertarik. Saya juga tidak tahu mengapa orang Indonesia memiliki kebiasaan untuk menginginkan keuntungan tinggi dalam waktu cepat. Sehingga, kebanyakan korban tidak lagi melakukan langkah-langkah pencegahan. terkait resiko dengan melakukan investasi secara online. Korban tidak segan untuk melakukan transfer kepada investasi yang dimaksud," tutupnya. (Gabid)



Komentar
Banner
Banner