bakabar.com, JAKARTA - Nama Menteri BUMN Erick Thohir menempati peringkat pertama soal peningkatan elektabilitas sebagai calon wakil presiden. Capaian tersebut terekam dalam survei yang dilakukan oleh Indikator Politik.
Erick Thohir diketahui elektabilitasnya mengalami kenaikan dari 8,8 persen menjadi 12,9 persen dari survei yang dilakukan Indikator Politik.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi menerangkan dalam kontestasi cawapres, nama Erick Thohir mendapatkan kepercayaan yang tinggi di kalangan masyarakat.
Baca Juga: Di Era Keterbukaan, Erick: Semua BUMN Harus Punya Infrastruktur Media
"Terkait preferensi publik terhadap calon wakil presiden, Erick Thohir tampak menunjukkan perubahan paling positif ketimbang nama-nama lainnya," katanya dalam paparan hasil survei "Dinamika Elektoral Capres dan Cawapres Pilihan Publik dalam Dua Surnas Terbaru" di Jakarta, Minggu (26/3).
Dalam simulasi 18 nama semi terbuka yang dilakukan Indikator Politik, nama Erick mengalami peningkatan dukungan. Sementara nama lainnya mengalami kondisi stagnan.
Adapun dalam simulasi sembilan nama calon wakil presiden. Nama Erick Thohir mengalami peningkatan dukungan yang paling besar, disusul nama Sandiaga Uno dan AHY.
"Apabila mengarah pada simulasi lima nama cawapres, maka hanya Erick Thohir yang menunjukkan perubahan positif, sedangkan nama lain cenderung stagnan atau melemah," paparnya.
Baca Juga: Giliran BUMN Larang Pegawai Pamer Harta, Begini Kata Stafsus Erick
Jajak pendapat Indikator kali ini dilakukan dalam dua periode. Survei dilakukan pada periode Februari dan Maret 2023. Pada periode pertama, survei dilakukan pada 9-16 Februari dengan 1.220 responden. Periode kedua, jajak pendapat berlangsung pada 12-18 Maret dengan menempatkan 800 responden.
Sampel berasal dari seluruh provinsi yang terdistribusi secara proporsional.
Pada periode pertama, asumsi metode simple random sampling dengan responden memiliki toleransi kesalahan atau margin of error sekitar 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Sedangkan, pada periode kedua memiliki toleransi kesalahan sekitar 3,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.